Di Balik Penulisan Buku Jamak Ala Benu Buloe

Buku Jalan & Makan Ala benu Buloe

Saya sudah menulis 13 buah buku, semua tentang desain. Berawal dari saat kuliah di awal tahun 2000-an, satu persatu buku-buku saya terbit. Dulu alasannya sederhana, buku adalah cara berbagi ilmu sekaligus mendapatkan uang dari royalti. Yang relatif lumayan untuk ukuran mahasiswa di daerah.

Anyway, lepas 2006 hingga 2013, saya vakum menulis. Bukan karena tidak ada ide, namun lebih karena disibukkan pekerjaan rutin kantoran. Energi tersedot habis, sehingga aktifitas menulis pun mengendor.

Adalah sebuah lompatan besar untuk kembali menulis buku. Dan kesempatan itu datang secara tak sengaja. Seorang kawan, yang sekaligus figur publik di sebuah stasiun televisi swasta, tertarik menuliskan kisah-kisah penjelajah kuliner yang selama ini dia pandu acaranya ke dalam sebuah buku. Benu Buloe namanya, dan sosoknya hampir dipastikan dikenal publik pecinta jalan & makan-makan.

Mulailah kami rutin bertemu & berbincang. Ide didiskusikan, kadang disertai sedikit adu argumen, namun kebanyakan lebih ke sharing pendapat yang seru & menyenangkan. Mas Benu punya banyak pengalaman dan keinginan untuk dituangkan, sementara saya punya pengalaman menulis dan menerbitkan. Jadilah kami tim dadakan yang runtang-runtung menggodok konsep, menulis konten, menyortir koleksi foto-foto, mengolah data-data mentah menjadi bab demi bab tulisan. Dan pastinya, hunting penerbit yang kira-kira tertarik menerbitkan buku kami nantinya.

Alhamdulillah, kawan-kawan lama sekaligus editor saya dulu di Elexmedia Komputindo menyambut positif rencana penerbitan buku kami. Setelah beberapa kali berdiskusi & membahas berbagai aspek teknis maupun non teknis, akhirnya naskah buku yang kami buat diterima pihak penerbit dan naik cetak.

Launching Buku Jamak Ala Benu Buloe di Jogja

Sangat melegakan, apalagi saat buku tersebut terbit. Judulnya unik dan menarik, “Jamak (Jalan & Makan) Ala Benu Buloe“. Acara launching pun digelar, sengaja dipilih kota Jogjakarta sebagai lokasi launching. Liputan media lokal bagus, respon publik pun sangat positif. Benar-benar menyenangkan melihat tweet mereka yang telah membeli & membaca buku ini. Ada sebuah kepuasan & kebanggan bahwa upaya kecil ini diapresiasi publik.

Dari sini pula semangat saya untuk lebih serius menekuni bisnis penulisan buku ini kembali berkobar. Dan alhamdulillah sudah ada 2 calon buku yang saat ini tengah saya garap. Tentunya dengan klien berbeda. Tema yang berbeda, dan pastinya tantangan yang berbeda.

Pembelajaran berharga yang selalu saya tekankan pada diri sendiri & siapapun tentang menulis buku adalah, karena ilmu seperti apapun sederhananya, layak untuk dibagi. Dan buku adalah cara yang menyenangkan untuk membaginya.

So, jika Anda tertarik untuk berbagi ilmu, menulis buku atau menerbitkannya, namun Anda bingung mulai dari mana, hubungi saya. I’ll be more than happy to assist you.

Teknik Dasar Desain Dengan Adobe Illustrator

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Tutorial ini diambil dari buku ku berjudul Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS terbitan Elexmedia Komputindo. Meski secara versi aplikasi Adobe Illustrator CS sudah tidak up to date, namun teknik dasar yang diajarkan di sini masih relevan dan serupa dengan yang akan Anda temukan di versi lebih baru dari software tersebut.

Silahkan disimak, dan semoga bermanfaat.

Untuk bisa membuat sebuah desain, hal yang paling pokok untuk Anda miliki adalah kemampuan tehnis penggunaan suatu program. Dalam konteks buku ini, yang penulis maksud adalah program Adobe Illustrator CS. Kemampuan ini terkait erat dengan teknik-teknik dasar dalam menggunakan semua fasilitas dan fitur yang ada, sehingga Anda bisa memvisualisasikan sebuah ide menjadi desain.

Maka, di bab ketiga ini penulis sengaja membahas mengenai teknik-teknik dasar penggunaan Illustrator dengan harapan Anda akan mempunyai bekal kemampuan dalam menggunakan Illustrator, sehingga nantinya bisa fokus dalam perancangan dan aplikasi pembuatan sebuah desain.

Adobe Illustrator CS

Adobe Illustrator CS

Bagi Anda yang telah mampu atau terbiasa menggunakan program ini bisa langsung menuju bab selanjutnya. Namun, sekiranya Anda ingin memperdalam atau mencoba menemukan hal-hal baru, tak ada salahnya membaca bab ini. Sementara, bagi Anda pengguna pemula, maka penulis sarankan sebaiknya Anda baca dan pahami hal-hal yang dibahas dalam bab ini. Ok, kita mulai saja.

Bekerja Dengan Dokumen

Dokumen kerja adalah hal pertama yang harus Anda kuasai penggunaanya, karena tak mungkin Anda membuat desain tanpa membuat dokumen kerja. Kemampuan untuk membuat dan mengedit dokumen secara efektif membantu Anda bekerja lebih efisien.

Membuat dan Mengatur Dokumen Baru

Teknik pertama adalah membuat sebuah dokumen baru serta menentukan parameter penyusunnya. Untuk itu ikuti langkah-langkah berikut ini.

  • Jika Anda membuka program illustrator pertama kali, maka secara default sebuah kotak dialog Welcome Screen akan ditampilkan. Jika kotak ini tidak tampil, Anda bisa mengaktifkannya dengan memilih menu Help > Welcome Screen. Lihat Gambar 3.1.Melalui kotak dialog Welcome Screen ini, klik ikon New Document.Cara kedua adalah dengan memilih menu File > New, atau cukup dengan menekan tombol Ctrl + N pada keyboard.
Kotak dialog Welcome Screen

Gambar 3.1. Kotak dialog Welcome Screen

  • Kedua cara yang Anda pilih di atas selanjutnya akan memunculkan sebuah kotak dialog New Document, di mana di dalamnya Anda bisa menentukan berbagai parameter pengaturan dokumen.Simak Gambar 3.2. di bawah ini.
    Kotak dialog New Document

    Gambar 3.2. Kotak dialog New Document

    Perhatikan bahwa pada kotak dialog New Document ini terdapat beberapa bagian penting, yaitu:

    • Name

    Bagian ini memungkinkan Anda untuk menentukan nama dokumen. Penamaan dokumen sangat penting, karena akan memudahkan Anda dalam menyimpan dan kelak membuka kembali dokumen tersebut.

    Secara default, Illustrator CS akan emnamai dokumen yang Anda buat dengan nama “Untitled-1” dan seterusnya. Nama ini pula yang akan digunakan saat Anda akan menyimpan dokumen tersebut.

    Penulis sarankan Anda menamai dokumen dengan nama yang jelas dan mudah menunjukkan isi dokumen tersebut. Semisal, Anda akan membuat desain logo toko “Fantasia”, maka sebaiknya gunakan nama “Logo Toko Fantasia”. Lebih baik lagi jika Anda menambahkan tanggal pembuatan dokumen tersebut pada nama, sehingga memudahkan Anda mengetahui kronologis pembuatan dokumen tersebut. Semisal, penulis membuat desain pada tanggal 12 Mei 2006, maka desain di atas penulis namai “Logo Toko Fantasia 12 Mei 2006”.

    Awalnya mungkin terlihat ribet, namun ketika Anda mulai bekerja dengan banyak dokumen atau banyak revisi, maka penamaan semacam ini akan sangat membantu Anda dalam mengatur pekerjaan tersebut.

    • Size

    Bagian ini menentukan ukuran dimensional dokumen yang Anda buat. Illustrator CS membekali Anda dengan berbagai preset (ukuran tetap) dokumen yang umum digunakan melalui drop down menu Size. Namun, Anda juga bisa menentukan sendiri ukuran dokumen dengan memilih “Custom” lalu memasukkan ukuran horisontal dan vertikal dokumen tersebut.

    • Units

    Bagian ini menentukan satuan pengukuran yang Anda gunakan dalam dokumen. Illustrator CS menawarkan berbagai satuan pengukuran yang bisa Anda pilih. Anda juga bisa mengganti-ganti satuan pengukuran saat bekerja dengan dokumen aktif.

    Pemilihan satuan pengukuran sebaiknya Anda sesuaikan dengan tujuan akhir desain dalam dokumen tersebut. Jika desain tersebut ditujukan untuk kepentingan cetak (printing), sebaiknya Anda gunakan satuan pengukuran riil yang banyak dipakai sehari-hari, seperti Millimeters, Centimeters, Inches. Sementara, jika untuk kepentingan tampilan di monitor, maka satuan Pixels akan lebih baik.

    • Width

    Bagian ini menampilkan ukuran dimensional dokumen secara horisontal (mendatar), atau umum disebut lebar dokumen. Anda juga bisa mengubah sendiri lebar dokumen dengan memasukkan suatu nilai pada bagian ini.

    • Height

    Sementara, bagian ini berfungsi menampilkan ukuran dimensional dokumen secara vertikal (tegak), atau sering disebut tinggi dokumen. Serupa dengan bagian Width, Anda juga bisa mengubah ukuran tinggi dokumen dengan memasukkan nilai tertentu pada bagian ini.

    • Orientation

    Bagian ini menentukan orientasi dokumen yang Anda buat, di mana terdapat 2 (dua) pilihan orientasi, yaitu Portrait (tegak)  dan Landscape (mendatar) .

    • Color Mode

    Bagian ini memungkinkan Anda menentukan mode warna dokumen yang Anda buat. Mode warna, sebagaimana telah disinggung sedikit pada bab sebelumnya, adalah cara suatu program—dalam hal ini Illustrator CS—menampilkan beragam warna dalam dokumen berdasarkan komponen warna dasar penyusun mode warna tersebut.

    Illustrator CS menawarkan 2 (dua) mode warna yang paling umum digunakan, yaitu CMYK (Cyan-Magenta-Yellow-Black) dan RGB (Red-Green-Blue). Pemilihan mode warna ditentukan oleh tujuan akhir penggunaan desain dalam dokumen bersangkutan, di mana jika desain tersebut ditujukan untuk kepentingan cetak, sebaiknya gunakan mode warna CMYK, sementara jika digunakan untuk kepentingan tampilan di monitor, pakailah mode warna RGB.

    Setelah Anda menentukan semua parameter pengaturan dokumen, klik tombol Ok dan dokumen kerja baru siap untuk Anda gunakan. Ok, tak ada yang terlalu sulit kan dalam pembuatan dan pengaturan dokumen kerja baru.

Menyimpan dan Menutup Dokumen

Setelah Anda bisa membuat dan mengatur dokumen kerja baru, hal selanjutnya yang harus Anda kuasai adalah menyimpan dan menutup dokumen.

Menyimpan (saving) berfungsi untuk memastikan pekerjaan desain yang Anda lakukan tersimpan dalam harddisk atau media penyimpanan sejenis. Sehingga di lain waktu, Anda bisa menggunakannya lagi. Sementara, jika pekerjaan desain yang Anda lakukan sudah selesai, maka Anda perlu untuk menutup dokumen bersangkutan.

Untuk menyimpan dokumen, ikuti langkah-langkah berikut ini:

  • Jika dokumen tersebut merupakan dokumen baru, atau Anda ingin menyimpan dokumen sebagai dokumen baru, maka pilih menu File > Save As, atau tekan tombol Shift + Ctrl + S.

Sebuah kotak dialog Save As akan muncul, di mana Anda bisa menentukan nama file dan lokasi penyimpanan file tersebut pada komputer. Lihat Gambar 3.6. berikut.

Kotak dialog Save As

Gambar 3.6. Kotak dialog Save As

Lalu klik tombol Save dan dokumen tersebut akan tersimpan dengan nama file dan lokasi penyimpanan yang telah Anda tentukan.

  • Sementara, jika Anda mengedit sebuah dokumen yang telah tersimpan sebelumnya, dan Anda ingin menyimpan perubahan tersebut, maka Anda cukup memilih menu File > Save, atau tekan tombol Ctrl + S pada keyboard.

Sedangkan untuk menutup dokumen kerja yang aktif di jendela program Adobe Illustrator CS, Anda bisa memilih menu File > Close, atau cukup dengan menekan tombol Ctrl + W pada keyboard

Mengimpor dan Mengekspor Dokumen

Seringkali Anda temukan saat bekerja membuat desain, Anda perlu menggunakan image tertentu yang bukan dibuat dengan Illustrator. Maka, Anda musti terlebih dulu memasukkan image tersebut ke dalam dokumen Illustrator. Proses memasukkan image ke dalam dokumen ini disebut dengan mengimpor.

Adobe Illustrator CS memungkinkan Anda mengimpor berbagai tipe dokumen, baik itu dokumen berbasis bitmap (seperti JPEG, TIF, GIF, BMP, dsb) maupun dokumen berbasis vector (seperti FH, AI, PDF, DWG, CDR, dsb).

Untuk mengimpor image ke dalam dokumen Illustrator, ikuti langkah-langkah berikut.

  • Pilih menu File > Place
  • Kemudian, pada kotak dialog Place, navigasikan ke dalam folder tempat penyimpanan image. Selanjutnya, pilih image yang diinginkan dengan mengklik nama image tersebut, seperti terlihat pada Gambar 3.7.
Pilih image pada kotak dialog Place

Gambar 3.7. Pilih image pada kotak dialog Place

Saat Anda akan mengimpor sebuah image dengan menu Place ini, perhatikan pilihan “Link” yang ada di bagian kiri bawah kotak dialog tersebut.

]Jika Anda mengaktifkan pilihan ini, maka image dimasukkan ke dalam dokumen sebagai file terpisah (linked file). Keuntungan pilihan ini adalah dokumen Illustrator relatif lebih ringan, dan segala perubahan pada dokumen image asal akans ecara otomatis diaplikasikan pada image dalam dokumen Illustrator. Kerugiannya, jika dokumen image tersebut terhapus, atau dipindahkan tempat penyimpannya, maka image tak akan tampil di dokumen Illustrator. Hal ini sangat terasa saat Anda membuka dokumen Illustrator tersebut di komputer lain.

Sementara, jika Anda menonaktifkan pilihan “Link” ini, image yang diimpor akan dimasukkan ke dalam dokumen Illustrator sebagai bagian integral. Jadi, tak masalah di mana Anda membuka dokumen tersebut, karena image di dalamnya akan senantiasa ada. Namun, konsekuensinya, ukuran penyimpanan file dokumen Illustrator tersebut menjadi relatif lebih besar.

  • Jika Anda sudah memilih image yang diinginkan, klik tombol Place dan image tersebut akan dimasukkan ke dalam dokumen Illustrator yang sedang aktif. Simak Gambar 3.8. di bawah ini untuk lebih jelasnya.
Hasil impor dokumen image

Gambar 3.8. Hasil impor dokumen image

Sementara itu, mengekspor dokumen berfungsi untuk menyimpan dokumen Illustrator dalam format (tipe) file lain, umumnya format dokumen berbasis bitmap, seperti JPEG, GIF, PNG, TIF dan sebagainya. Untuk melakukannya, ikuti langkah-langkah berikut.

  • Dengan dokumen Illustrator aktif di jendela program Adobe Illustrator CS, pilih menu File > Export. Lihat Gambar 3.9.
Pilih menu File > Export

ambar 3.9. Pilih menu File > Export

  • Sebuah kotak dialog Export, navigasikan ke folder lokasi penyimpanan yang diinginkan, lalu tentukan nama file hasil ekspor dan tipe file yang diinginkan. Simak Gambar 3.10. berikut.
Kotak dialog Export

Gambar 3.10. Kotak dialog Export

  • Klik tombol Save dan dokumen Illustrator tersebut telah diekspor ke dalam format yang diinginkan.

Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.

Tutorial Desain Grafis – Psikologi Warna

Buku CorelDraw Untuk Bisnis

Sekedar berbagi. Postingan ini diambil dari materi dalam buku CorelDraw Untuk Bisnis terbitan Elexmedia Komputindo. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Yang tak kalah penting dari penggunaan warna dalam desain grafis adalah, fungsinya sebagai media penyampai pesan yang sangat kuat. Warna mempunyai implikasi yang sangat besar pada persepsi sesorang akan suatu maksud.

Contoh paling konkrit dalam kehidupan sehari-hari adalah, warna-warna lampu lalu lintas, di mana di belahan bumi manapun, saat seseorang melihat warna merah menyala pada traffict light, dia akan segera tahu bahwa ada larangan untuk berjalan/menjalankan kendarannya. Ketika lampu kuning ganti menyala, maka dia akan bersiap-siap atau berjaga-jaga karena warna tersebut menandakan peringatan untuk berhati-hati. Sementara, begitu lampu hijau yang menyala, orang tersebut akan segera berjalan atau menjalankan kendarannya.

Anda pun bisa menemukan berbagai contoh lain penggunaan warna dalam keseharian untuk berkomunikasi antarmanusia, dan hal ini bukan menjadi suatu yang aneh, karena bahkan sejak manusia purba mulai menghuni gua-guna berbatu, mereka sudah menggunakan aneka warna untuk menyampaukan pesan dengan melukiskan cap-cap tangan di dinding gua.

Penggunaan warna sebagai media komunikasi menunjukkan adanya suatu konvensi yang diterima umum akan makna suatu warna. Asosiasi warna terhadap makna bisa jadi merupakan suatu hal yang terbawa oleh warna itu sendiri dan telah mengendap dalam benak manusia, namun bisa pula menjadi sesuatu yang terstruktur secara sadar maupun tidak. Semua hal itu masuk ke dalam bahasan mengenai psikologi warna, yaitu bagaimana warna-warna bisa mempengaruhi persepsi dan perilaku manusia.

Dalam konteks perusahaan, penggunaan warna yang tepat sama artinya dengan pemilihan senjata yang tepat untuk berpromosi. Sama saja dengan penggunaan orang-orang yang tepat di posisi startegis. Sama pula dengan memasarkan produk atau jasa dengan cara yang tepat sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen.

Menggunakan warna yang tepat, mampu meningkatkan nilai sekaligus menegaskan pesan yang hendak disampaikan dalam desain-desain yang Anda buat. Kita tak biacara mengenai nilai artistik semata ketika mendesain untuk kepentingan perusahaan/bisnis, namun kita lebih mengacu pada seberapa mampu pesan yang diinginkan tersampaikan kepada publik yang diinginkan lewat desain itu. Dan salah satu kunci pokoknya adalah, pemilihan warna yang tepat.

Ok, secara garis besar, warna-warna dalam desain grafis bisa dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori besar, yaitu warna panas/hangat, warna dingin/sejuk dan warna netral. Kita akan bicara ketiganya satu per satu.

Warm & Cold Colors

  • Warna Panas/Hangat (Warm Colors)

Warna panas/hangat ini adalah kelompok warna yang secara psikologis menumbuhkan nuansa aktif, seru atau bersemangat terhadap orang yang melihatnya. Warna ini pula yang menimbulkan nuansa agresif, tegas, berani, lincah, hangat dan exciting. Sering pula, warna panas digunakan untuk memberi peringatan akan adanya bahaya, atau perlunya kehati-hatian.

Warna panas/hangat sangat cocok digunakan untuk memberikan penegasan atau aksentuasi pada suatu desain. Juga bisa digunakan untuk menarik perhatian atau mengajak audiens untuk memfokuskan perhatiaan pada suatu hal.

Yang termasuk ke dalam kelompok warna panas/hangat ini antara lain: Merah, Oranye dan Kuning. Juga termasuk berbagai varian dari ketiga warna tersebut.

  • Warna Dingin/Sejuk (Cool Colors)

Warna dingin/sejuk ini adalah warna yang menumbuhkan nuansa pasif, tenang, kalem dan teduh pada orang yang melihatnya. Juga bisa digunakan untuk menunjukkan adanya ketenangan, harmoni, kedamaian dan keluasan pikir. Seringkali, warna-warna dingin/teduh digunakan oleh mereka yang bergerak di bidang-bidang yang terkait dengan hal-hal yang membuthkan ketenangan dan ketelitian serta itegritas tinggi, seperti medis, keuangan, layanan kesehatan dan kecantikan, serta masih banyak lagi.

Yang masuk dalam kategori warna dingin/sejuk antara lain warna biru, hijau, ungu dan berbagai varian ketiganya. Jika Anda tak percaya, ada cara mudah untuk membuktikannya, saat Anda merasa kusut atau kacau, coba pandanglah ke arah langit biru, padang rumput hijau yang luas, atau lautan biru yang menghampar, maka niscaya perasaan dan mood Anda akan berangsur lebih tenang.

  • Warna Netral (Neutral Colors)

Warna netral adalah warna-warna yang tidak masuk ke dalam kategori warna panas maupun warna dingin. Warna netral secara psikologis menumbuhkan nuansa kestabilan, firm dan stiffness. Warna netral bisa digunakan untuk menonjolkan warna-warna terang atau semakin menekankan nuansa yang ditimbulkan warna dingin.

Yang masuk ke dalam kategori warna netral antara lain warna hitam, putih dan abu-abu, serta berbagai varian dari ketiganya.

Berdasarkan banyak penelitian, diketahui bahwa secara kognitif, warna dapat digunakan dalam desain sebagai berikut:

  1. Menegaskan suatu hal yang dianggap lebih penting dibandingkan yang lain.
  2. Penggunaan warna-warna tertentu sebagai kode khusus akan suatu maksud—merah untuk stop, kuning untuk hati-hati, hijau untuk jalan terus—membantu memudahkan pemahaman akan suatu informasi.
  3. Penggunaan warna mengurangi beban kerja kognitif otak, karena adanya nilai-nilai tertentu yang terasosiasi dengan warna-warna tersebut.
  4. Warna juga menyederhanakan pamahaman akan informasi, yaitu dengan mengelompokkan jenis informasi sama dengan warna-warna yang sama/serupa.

Menurut Pett dan Wilson, ada beberapa hal mengenai warna yang musti diperhatikan oleh orang-orang yang ingin menggunakannya dalam sebuah desain, yaitu:

  1. Gunakan warna untuk menumbuhkan persepsi akan realitas.
  2. Gunakan warna untuk membedakan antar elemen visual dalam desain.
  3. Gunakan warna untuk untuk memfokuskan perhatian akan suatu hal penting dalam desain, atau untuk memberikan petunjuk akan hal penting yang coba disampaikan.
  4. Gunakan warna untuk menunjukkan korelasi atau hubungan antarelemen yang serupa atau masih terkait satu dengan yang lain.
  5. Gunakan warna secara konsisten, karena itu memudahkan audiens untuk memahami maksud sebuah desain.
  6. Gunakan warna mencolok—warna panas/hangat—guna menarik perhatian.
  7. Gunakan pula warna mencolok untuk desain-desain yang lebih ditujukan pada audiens berusia muda—remaja atau anak-anak—karena kelompok usia ini cenderung lebih responsif terhadap warna-warna mencolok.
  8. Gunakan warna sesuai dengan konsepsi umum yang disepakati, kecuali kalau memang Anda mau mencoba mendobrak tatanan yang sudah ada, dan menawarkan prinsip baru akan suatu makna. Sebisa mungkin, kalau Anda berhadapan dengan audiens luas, gunakan warna sesuai makna yang paling umum diterima.
  9. Gunakan warna sesuai dengan kultur budaya audiens, karena seringkali ada pemahaman yang berbeda akan suatu warna pada budaya yang berbeda pula. Berhati-hatilah akan pemilihan warna, karena sama artinya dengan pemilihan makna.

Graphic Computer (Komputer Grafis)

Masih dari buku ku CorelDraw Untuk Bisnis terbitan Elexmedia Komputindo.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dalam buku ini Anda diajak untuk mencoba memahami dan menggunakan potensi komputer dalam melakukan pekerjaan kreatif, yaitu desain grafis. Setelah Anda membekali diri dengan konsep dasar desain grafis, saatnya Anda mempelajari dasar-dasar penggunaan komputer dalam pembuatan desain. Umum disebut sebagai Komputer Grafis (graphic computer).

Komputer grafis mencakup semua hal yang terkait dengan penggunaan komputer untuk menunjang pekerjaan desain grafis. Mulai dari pembagian komputer grafis menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu grafis berbasis vector dan berbasis bitmap. Program-program yang umum digunakan untuk membuat dan melakukan pengeditan desain. Berbagai format penyimpanan file desain, dan sebagainya.

Pengetahuan semacam ini akan membantu Anda untuk bisa bekerja dengan tepat dan efektif. Sehingga, Anda tidak akan mengalami saat di mana pekerjaan desain yang sudah Anda kerjakan dengan susah payah ternyata tak bisa digunakan karena hal-hal teknis. Dan Anda tak akan menerima komentar orang seperti, “Wah…mestinya Anda menggunakan program ini dan bukan itu,” atau “Harusnya Anda menggunakan format ini, resolusi segini,” serta masih banyak blablabla lainnya yang hanya akan memusingkan dan membuat Anda frustasi.

Lebih baik kenali semua hal-hal itu sekarang, and seterusnya Anda tinggal memfokuskan diri pada penyampaian pesan yang coba Anda lakukan lewat desain.

Vector vs Bitmap

Secara garis besar, komputer grafis bisa dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok besar. Yaitu, grafis berbasis vector dan grafis berbasis bitmap. Kapan Anda musti memilih vector dan kapan Anda musti memilih bitmap musti menjadi pertimbangan pertama sebelum Anda bekerja. Bagaimana sifat-sifat keduanya, dan bagaimana mencocokannya dengan kebutuhan Anda harus ditentukan dengan bijak. Karena itu semua mempengaruhi cara kerja dan hasil yang akan Anda raih.

Vector (Vektor)

Grafis berbasis bitmap adalah macam grafis yang menggunakan obyek geometris dan perhitungan matematis dalam pembuatannya. Semua obyek pembentuk suatu desain diciptakan oleh komputer dengan mengkalkulasikan faktor-faktor matematisnya, seperti koordinat letak, ukuran dimensional, ukuran outline, dan sebagainya.

Untuk membuat grafis berbasis vector, Anda harus mendefinisikan titik awal dilanjutkan dengan titik-titik berikutnya, di mana komputer akan secara otomatis menyambungkan titik-titik tersebut dalam membentuk suatu obyek.
Karena obyek-obyek dibentuk berdasarkan posisi titik-titik penyusunnya, maka untuk mengedit suatu obyek, yang perlu Anda lakukan adalah mengedit titik-titik tersebut. Simple bukan?

Tapi tunggu dulu, meskipun kedengarannya simple, sebuah grafis berbasis vecktor bisa terdiri dari banyak obyek yang masing-masingnya terbentuk dari banyak titik pula. Namun, secara umum bisa dikatakan grafis vector adalah tipe grafis yang paling mudah digunakan dan diedit.

Perhatikan Gambar  berikut ini.

Yang istimewa dari grafis vector adalah sifatnya yang fleksibel, dalam artian Anda bisa mengubah ukuran dimensionalnya tanpa mengubah kualitas tampilan maupun hasil cetaknya. Sebuah grafis vector bisa Anda perbesar ukurannya hingga berapa meter atau Anda perkecil hingga berapa milimeter tanpa kehilangan ketajamannya. Sifat grafis vector semacam ini disebut resolusi bebas (resolution independent).

Simak Gambar berikut ini.

Karena sifatnya yang fleksibel, grafis vector umum dipakai untuk membuat desain-desain yang membutuhkan fleksibilitas juga, dalam artian desain yang bisa digunakan dalam berbagai kesempatan, dalam berbagai ukuran, dan dalam berbagai media reproduksi.

Dalam konteks suatu perusahaan, grafis vector misalnya digunakan dalam pembuatan logo, di mana logo tersebut umumnya digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari kop surat (letterhead), kartu nama, brosur, booklet hingga kemasan produk dan masih banyak lagi.

Untuk masing-masing penggunaan, logo berupa grafis vector akan sangat memudahkan Anda untuk memodifikasi ukuran, tata letak, dan berbagai atribut lainnya, sementara pada saat bersamaan tetap mempertahankan kualitas hasil akhirnya.

Jadi tak peduli dicetak di kartu nama berukuran 9 cm x 5 cm, spanduk 3 m x 1 m atau di brosur berukuran folio, logo perusahaan Anda akan senantiasa terlihat solid, sesolid perusahaan Anda.

Perhatikan Gambar di bawah ini.

Grafis vector juga banyak digunakan dalam pembuatan desain-desain yang membutuhkan presisi, seperti desain produk (product design), terutama untuk kemasan. Di mana ukuran dan ketepatan peletakan elemen-elemen desain sangat berpengaruh terhadap persepsi calon konsumen, yang pada akhirnya mempengaruhi keinginan untuk membeli.

Lagipula, siapa juga yang mau membeli suatu produk yang kemasannya jelek kan? Simak Gambar berikut.

Dalam perkembangannya, grafis vector juga berhasil memikat hati pada pembuatan kartun dan animasi, sehingga jika Anda perhatikan, begitu banyak situs di internet yang menggunakan animasi flash yang dibuat menggunakan grafis vector.

Perhatikan Gambar berikut ini.

Keunggulan bekerja dengan grafis vector lainnya adalah, ukuran file desain yang dihasilkannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan desain yang sama yang dibuat dengan grafis bitmap.
Sebagai perbandingan, desain kartu nama pada Gambar 1.21. di atas saat dibuat sebagai grafis vector dalam format CDR (CorelDRAW) menghasilkan file berukuran 56 kB, sedangkan saat dibuat sebagai grafis bitmap dalam format JPEG (Joint Photographic Experts Group) dengan ukuran dimensional sama dan resolusi 300 dpi menghasilkan file berukuran 95 kB.
Untuk satu dua desain mungkin hal ini tidak terasa banyak bedanya, namun sekiranya Anda bekerja dengan lebih banyak desain, dan atau dengan desain berukuran dimensional lebih besar, niscaya ukuran file penyimpanan akan benar-benar Anda pertimbangkan.
Tapi, apakah grafis vector tidak ada kelemahannya? Mungkin begitu yang terbersit dalam benak Anda saat ini.

Yeah, namanya juga suatu program, tidak akan ada yang bisa sempurna memenuhi segala kebutuhan dan harapan penggunanya. Grafis vector karena terbentuk dari obyek-obyek yang dibuat dengan perhitungan matematis, kurang mampu menangani obyek-obyek yang teramat kompleks, seperti ragam warna, gradasi, perubahan kontur dan sebagainya. Sehingga, adalah hampir mustahil membuat ilustrasi wajah manusia sebagaimana yang Anda lihat di foto dengan menggunakan grafis vector. Untuk menangani gambar -gambar foto kompleks semacam ini digunakan grafis bitmap.

Ok, jadi Anda paham kan?

Anda menggunakan grafis vector untuk membuat desain yang berupa obyek-obyek geometris, dengan warna solid, yang seperlunya digunakan dalam berbagai ukuran dan media reproduksi, seperti logo, teks, kartun, animasi dan sebagainya.

Lalu, program apa yang sebaiknya Anda gunakan untuk membuat desain berbasis grafis vector? Begitu banyak program di pasaran, mungkin Anda akan dibuat bingung saat memilih di antaranya. Hampir semuanya sama, lalu apa keunggulan dan kekurangannya? Mana yang harus digunakan?
Well, program pengolah grafis vector yang paling baik digunakan sangat beragam untuk masing-masing negara. Di Amerika Serikat, program yang paling banyak digunakan adalah Adobe Illustrator.

Di negara-negara Eropa, terjadi pertarungan sengit antara Adobe Illustrator dan Macromedia Freehand. Sedangkan khusus untuk Indonesia, dan beberapa negara Asia, CorelDRAW masih merajai pasaran. Meskipun, untuk kalangan profesional, pilihan tetap jatuh pada Adobe Illustrator dan Macromedia Freehand.

Mengapa bisa demikian?

Adobe Illustrator, dengan rilis terbarunya berbandrol Illustrator CS—singkatan dari Creative Suite—adalah program yang menawarkan fasilitas, fitur, dan kemampuan paling lengkap dan paling menunjang untuk berbagai pekerjaan kreatif. Kompabilitasnya untuk menghasilkan desain yang solid, presisi bentuk dan warna, serta dukungan yang luas dari hampir semua mesin cetak menjadikannya kawan karib para desainer profesional.

Lihat Gambar berikut.

Jika Anda datang ke percetakan, pilihan utama mereka untuk mencetak desain Anda adalah dengan format AI—yaitu format file Adobe Illustrator.
Namun, program Adobe Illustrator kurang bisa merajai di Indonesia karena kurang tampilan antamuka (interface) nya kompleks dan juga membutuhkan komputer dengan kapasitas relatif besar untuk bisa menginstallnya.

Program grafis vector yang menjadi pilihan kedua para desainer profesional di Indonesia adalah Macromedia Freehand, dengan rilis terbarunya berbandrol Freehand MX. Freehand digunakan karena program ini paling ringan kebutuhan sistem komputer untuk menginstallnya, presisi warna serta dukungan yang baik dari percetakan.

Lihat Gambar di bawah ini.

Freehand kurang juga bisa memasyarakat di Indonesia karena tampilannya yang kurang menarik. Terlalu sederhana dan kurang memudahkan bagi para pengguna pemula. Namun, meski demikian, proses cetak suatu desain akan sangat terbantu jika Anda membuat desain dengan program ini, di mana file hasil jadinya disimpan dalam format FH (Freehand).

Sampai sejauh ini, program grafis vector yang paling luas digunakan di Indonesia adalah CorelDraw, dengan rilis terbarunya berbandrol CorelDRAW 12. Meski kurang didukung oleh banyak percetakan, serta mempunyai kelemahan dalam presisi warna dan efek bayangan, namun interface CorelDRAW yang ergonomis serta penggunaanya yang mudah menjadikannya jawara.

Lihat  pada Gambar berikut.

Dari waktu ke waktu peminat program CorelDRAW semakin meningkat, baik karena dorongan hobi semata, maupun mereka yang berminat serius untuk berkarir di dunia desain grafis.

Bagi perusahaan, penggunaan CorelDRAW sangat membantu dalam menunjang pembuatan berbagai desain penunjang keseharian kerja. Juga untuk membuat desain penunjang promosi pemasaran produk atau jasa perusahaan bersangkutan.

Kemudahannya menjadikan Anda yang bahkan tak punya background pendidikan desain pun bisa memanfaatkannya sesuai kebutuhan Anda. Intinya, tak ada yang tak bisa mendapatkan manfaat dari CorelDRAW.
Karena pertimbangan semacam itu pula, pada buku ini, penulis memilih menggunakan program CorelDRAW 12 sebagai program utama dalam berbagai proyek desain yang dibuat di sini.

bersambung…

The Principles of Design

Masih dari buku ku CorelDraw Untuk Bisnis terbitan Elexmedia Komputindo.

The Principles of Design

Jika sebelumnya kita bicara tentang elemen-elemen desain yang menjadi dasar pembuatan sebuah desain, maka sekarang kita akan bicara tentang bagaimana atau hal-hal apa saja yang harus dipahami untuk bisa mendayagunakan elemen-elemen tersebut secara efektif. Bagaimana hubungan antara satu elemen dengan elemen-elemen yang lain itulah yang kita sebuh dengan prinsip-prinsip desain.

Prinsip desain sebenarnya juga berlaku pada banyak bidang kehidupan lainnya, namun khusus untuk desain grafis kita bisa membaginya menjadi 9 (sembilan) prinsip utama.

Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah prinsip desain yang pertama. Keseimbangan bisa didefinisikan sebagai distribusi visual  elemen-elemen desain—obyek, warna, tektur, dan ruang—antara satu dengan yang lain, sehingga terbentuk suatu desain yang stabil.

Keseimbangan dalam desain serupa dengan keseimbangan dalam dunia fisik. Sebuah obyek bisa seimbang jika ada obyek lain yang menjadi penyeimbangnya. Dalam desain, terdapat 3 (tiga) tipe keseimbangan, yaitu:

Keseimbangan Simetris (Symmetrical Balance)

Keseimbangan Simetris dicapai ketika obyek-obyek yang mempunyai properti yang sama saling berhubungan. Semisal, dua obyek yang mempunyai ukuran sama ditempatkan saling bersebelahan maka akan dicapai sebuah keseimbangan yang simetris.

Perhatikan Gambar berikut.

Keseimbangan Asimetris (Asymmetrical Balance)

Keseimbangan asimetris terjadi ketika obyek-obyek dengan properti yang berbeda diletakkan hingga tercipta suatu keseimbangan. Semisal, sebuah obyek besar diletakkan di dekat titik pusat diseimbangkan dengan obyek yang lebih kecil diletakkan lebih jauh dari titi pusat.

Lihat pada Gambar di bawah ini.

Keseimbangan Radial (Radial Balance)

Keseimbangan radial dicapai ketika obyek-obyek ditempatkan secara menyebar dari suatu titik pusat keseimbangan. Obyek-obyek yang Anda gunakan bisa berupa obyek-obyek serupa maupun berbeda propertinya.

Simak Gambar berikut ini.

Penekanan (Emphasis)

Penekanan adalah area desain yang menarik perhatian audiens yang melihatnya. Dalam desain, penekanan memainkan peranan yang esensial, karena dengan adanya penekanan, audiens diajak untuk memfokuskan perhatian pada desain tersebut.

Penekanan biasa dilakukan dengan mengkontraskan suatu area dengan area lainnya dalam desain, baik dengan ukuran, warna, bentuk dan sebagainya.

Simak berikut ini.

Pergerakan (Movement)

Pergerakan adalah bagaimana tata letak obyek-obyek desain mengarahkan pandangan mata audiens. Sebuah desain yang baik harus mampu membawa orang yang menyimaknya untuk menuju suatu bagian yang menjadi fokus penekanan (focal area). Pergerakan bisa diciptakan dengan menggunakan garis, bentuk ataupun warna.

Lihatlah Gambar berikut ini.

Pola (Pattern)

Pola adalah penempatan obyek yang sama di seluruh area desain. Pola semacam ini memberikan nuansa kestabilan.

Lihat pada Gambar di bawah ini.

Pengulangan (Repetition)

Pengulangan adalah penggunaan elemen-elemen desain yang serupa guna menumbuhkan suasana aktif dalam desain. Umumnya penerapan prinsip pengulangan berkorespondesi dengan pola.

Perhatikan Gambar  berikut.

Proporsi (Proportion)

Proporsi adalah prinsip desain dimana perbandingan dan penempatan obyek-obyek penyusunnya menciptakan suatu keseimbangan dan kesatuan. Dalam desain, segala bagian desain haruslah proporsional, karena pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima jika segalanya berada di tempat yang sesuai.

Serupa saat Anda menggambar figur wajah manusia, maka elemen-elemen penyusunnya, seperti mata, alis, hidung, bibir, rambut, dan sebagainya haruslah proporsional, sehingga memudahkan orang yang melihatnya untuk mengasosiasikan keseluruhan elemen tersebut sebagai sebuah bentuk wajah, sebagaimana yang ingin disampaikan pembuatnya.

Simak Gambar di bawah ini.

Ritme (Rhythm)

Ritme tercipta saat satu atau beberapa obyek digunakan secara berulang dalam desain untuk menciptakan nuansa keteraturan. Sangat penting untuk senantiasa menjaga ritme desain Anda senantiasa aktif saat audiens menyimak desain tersebut.

Perhatikan Gambar berikut ini.

Variasi (Variety)

Variasi tercitpa ketika Anda mampu memanfaatkan obyek-obyek yang berbeda propertinya namun tetap dalam suatu kesatuan. Variasi diperlukan terutama untuk menarik perhatiakn audiens, sekaligus menghindarkan tumbuhnya rasa bosan karena terlalu banyak perulangan obyek-obyek yang sama dalam desain.

Variasi memungkinkan Anda berkreasi, mengeksplorasi bentuk, ukuran, tata letak dan berbagai elemen desain lainnya. Selama masih dalam kerangka pesan yang ingin disampaikan, Anda bebas untuk bervariasi.

Lihatlah pada Gambar 1.17. di bawah ini.

Kesatuan (Unity)

Kesatuan adalah nuansa harmoni yang tercipta karena elemen-elemen desain yang digunakan berada pada tempat yang tepat dengan cara yang tepat sehingga antara satu dengan yang lain saling melengkapi dan menguatkan pesan yang akan disampaikan.

Lihat Gambar di bawah ini.

Ok, sekarang Anda mempunyai gambaran mengenai apa-apa saja yang menjadi elemen dan prinsip-prinsir untuk bisa mencipta desain yang baik.

Berikutnya, penulis akan mengajak sedikit menelusuri aspek-aspek desain yang lebih bersifat teknis yang tentunya Anda butuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan kreatif.

Tutorial Desain Grafis – Konsep Warna

Buku CorelDraw Untuk Bisnis

Sekedar berbagi. Postingan ini diambil dari materi dalam buku CorelDraw Untuk Bisnis terbitan Elexmedia Komputindo. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Konsep Dasar Warna

Bicara tentang desain grafis, mau tak mau, kita musti bicara juga tentang warna. Seberapa esensialkah warna dalam desain grafis?

Well. Perumpamaannya seperti arti garam dalam masakan. Masakan dari bahan apapun tak akan terasa nikmat tanpa adanya garam. Begitu pula desain tak akan ada maknanya tanpa warna. Bahkan jika desain itu hanya berupa grafis hitam putih pun, semuanya tetap warna.

Dalam aplikasinya untuk perkantoran, warna memegang peranan sangat penting. Karena warna menyangkut citra, menyangkut persepsi, baik itu persepsi Anda sendiri terhadap perusahaan, terlebih-lebih persepsi konsumen terhadap perusahaan Anda.

Pilihan warna yang tepat bisa meningkatkan citra Anda, membuat Anda dipahami dengan cara tertentu, tentunya cara yang Anda inginkan. Warna mengasosiasikan Anda dan perusahaan pada suatu makna, suatu ide, suatu nilai yang pada akhirnya mendorong konsumen Anda untuk mencernanya dalam alam sadar maupun tak sadarnya, yang akan berimbas pada perilaku konsumsinya.

Pernahkan Anda sejenak memperhatikan logo perusahaan Anda, atau mungkin kop surat pada kerta kerja yang Anda gunakan untuk mem-print surat-surat resmi, atau mungkin juga pada kartu nama yang kerap Anda pertukarkan dengan klien atau sejawat?

Pernahkan Anda amati barang berapa saat pilihan warna yang ada di sana? Apakah perusahaan Anda menggunakan warna tertentu sebagai warna korporatnya? Apakah ada korelasi antara warna-warna tersebut dengan suatu visi atau misi yang coba diwujudkan? Adakah pula konsistensi di dalam penggunaan warna dalam berbagai media reproduksi?

Jika ya, maka perusahaan Anda telah atau sedang mengaplikasikan pencitraan terpadu lewat character building terpadu. Namun, jika jawaban Anda adalah tidak, maka berarti perusahaan Anda belum sadar akan potensi apa yang dimiliki oleh desain dalam menunjang keberhasilannya.

Hmmm….kembali bicara soal warna, apakah Anda masih mengingat pelajar saat masa SMP, di mana kita diajar tentang warna-warna dasar?

Ya, dan tentunya Anda ingat kalau ada 3 (tiga) warna dasar, yaitu merah, kuning dan biru. Sehingga apabila ketiganya kita gabungkan semestinya akan didapat warna putih. Hal itu dibuktikan jika seberkas cahaya putih dilewatkan melalui sebuah prisma maka akan didapat bermacam warna.

Warna dasar biasa kita sebut dengan warna primer (primary colors). Dari penggabungan masing-masing pasangan warna primer, kita akan mendapatkan warna-warna sekuder (secondary colors), yaitu oranye (merah + kuning), hijau (kuning + biru) dan ungu (biru + merah). Sedangkan jika Anda gabungkan lagi warna-warna tersebut akan didapat warna tertier (tertiary colors).

Kita bisa membuat sebuah lingkaran warna untuk menunjukkan hasil penggabungan warna-warna, seperti terlihat pada Gambar 1.33.

Gambar 1.33. Lingkaran warna gabungan warna-warna dasar

Gambar 1.33. Lingkaran warna gabungan warna-warna dasar

Karena secara esensial sebuah obyek yang ada di alam hanya bisa memantulkan cahaya dari luar, maka warna bisa dikatakan sebagai seberapa mampu suatu obyek memantulkan gelombang cahaya ke mata audiensnya. Sementara kemampuan memantulkan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari obyek itu sendiri maupun dari hal-hal di sekelilingnya.

Jika secara natural, warna dasar adalah merah, biru dan kuning, maka mungkin Anda akan sedikit terkejut, karena dalam desain grafis warna dasar yang digunakan tidak sama seperti di alam.

Dalam desain grafis, secara garis besar ada 2 (dua) tipe mode warna yang digunakan, yaitu mode warna RGB dan CMYK. Apa itu RGB dan CMYK, apa beda keduanya dan bagaimana penggunaanya?

RGB adalah singkatan dari Red, Green, Blue, di mana darinya Anda bisa menebak akalu mode warna ini menggunakan 3 (tiga) warna dasar, yaitu Merah, Hijau dan Biru, untuk menampilkan beragam warna sesuai keinginan Anda. Mode warna RGB digunakan oleh berbagai peralatan elektronika untuk menampilkan suatu warna atau gambar, seperti monitor komputer, televisi, dan sebagainya.

Sehingga, jika Anda membuat sebuah desain dengan warna-warna atau gambar di dalamnya, dan Anda bertujuan untuk menampilkannya di media elektronik, seperti sebagai desktop wallpaper, atau di halaman web, pastikan Anda menggunakan mode warna RGB. Mode warna ini memungkinkan Anda memilih kombinasi hingga 1,6 juta warna.

Banyak sekali huh?

Lihat  Gambar 1.34. berikut ini.

 Gambar 1.34. Mode warna RGB


Gambar 1.34. Mode warna RGB

Kemudian, kita juga mengenal mode warna CMYK. Berbeda dengan mode RGB yang hanya terdiri dari 3 (tiga) warna dasar, mode CMYK mempunyai 4 (empat) warna dasar sebagai penyusunnya, yaitu Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Umumnya mode warna CMYK ini digunakan untuk kepentingan cetak, karena mode warna ini mengacu pada warna-warna tinta dasar yang digunakan mesin cetak untuk mereproduksi suatu image ke media tertentu, seperti kertas, plastik, kain dan sebagainya.

Serupa dengan mode RGB, mode CMYK juga mampu menciptakan beragam warna, bahkan hingga jumlah kombinasi yang lebih banyak dibandingkan mode RGB. Mode CMYK memungkinkan Anda untuk bereksplorasi dengan desain dan mentransferkan hasilnya ke media cetak.

Jadi, kalau Anda membuat sebuah desain, dan Anda berniat mencetaknya, pastikan Anda menimpan hasilnya dalam mode warna CMYK.

Simak Gambar 1.35.

 Gambar 1.35. Mode warna CMYK


Gambar 1.35. Mode warna CMYK

Hal lain yang tak kalah pentingnya saat membahas warna dalam desain grafis adalah properti warna. Properti warna mengacu pada berbagai elemen atau faktor yang mendasari sifat dan penggunaan warna-warna yang ada. Kita bisa membagi properti warna menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Hue, Nilai Warna dan Intensitas.

Berikut adalah pembahasan singkatnya.

  • Hue

Hue bisa disebut sebagai warna itu sendiri, yaitu secara fisik bagaimana sebuah obyek mampu memantulkan gelombang-gelombang warna yang mengenainya, sehingga mata kita bisa melihatnya.

Ketika seberkas cahaya putih melewati prisma, maka is akan diuraikan menjadi warna-warna sebagamana ada dalam pelangi. Semua warna itu mengacu pada panjang gelombang berbeda yang bisa dilihat manusia. Nah, warna-warna inilah yang disebut dengan hue.

  • Nilai Warna (Value)

Nilai warna mengacu pada tingkat keterangan atau kegelapan hue/warna itu sendiri. Dengan menambahkan warna putih pada suatu warna, Anda akan mendapatkan wrna yang lebih tinggi nilainya, atau disebut dengan istilah tint. Sementara, menambahkan warna hitam pada hue akan menghasilkan warna yang nilainya lebih rendah, umum disebut shade.

  • Intensitas (Intensity)

Intensitas warna adalah seberapa tajam suatu warna. Suatu warna berada pada kondisi paling tajam ketika warna tersebut tak tercampur baik oleh warna putih atau hitam, atau berada dalam saturasi maksimal.

Tracing Foto Dengan Adobe Illustrator

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Diambil dari buku ku berjudul Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS terbitan Elexmedia Komputindo.

Well, Anda sudah sampai ke bab 15, sebuah bab yang sangat istimewa. Karena pada bab ini penulis akan mengajak Anda untuk membuat portrait tracing.

Yeah, sesuai dengan tebakan Anda, model ini mengacu pembuatan tracing wajah (portrait) yang tentunya sangat menarik. Siapa yang tak mau membuat tracing wajah, apalagi wajah orang-orang penting dalam hidup Anda atau bahkan wajah Anda sendiri (self-portrait)

Oke…kita mulai saja yuk.

  • Mulailah dengan membuat dokumen kerja baru. Pilih menu File > New, kemudian isi kotak dialog New Document seperti pada Gambar 15.1. berikut.
Gambar 15.1. Kotak dialog New Document

Gambar 15.1. Kotak dialog New Document

Klik Ok dan Anda akan mendapatkan sebuah dokumen kerja baru siap pakai seperti pada Gambar 15.2. di bawah ini.

Gambar 15.2. Dokumen kerja baru siap pakai

Gambar 15.2. Dokumen kerja baru siap pakai

  • Impor image yang akan ditrace. Kebetulan penulis menemukan sebuah image cewek dengen ekspresi yang bagus untuk ditrace. Penulis sarankan, jika Anda akan melakukan tracing wajah seseorang, pilihlah image yang ukuran dimensional dan resolusinya relatif besar.

Hal ini dikarenakan keindahan sebuah portrait tracing terletak pada detail yang bisa Anda tampilkan. Sementara, untuk bisa melakukan tracing secara detail, image yang digunakan musti detail pula. Dengan kata lain, semakin besar image, semakin besar kemungkinan Anda dapatkan hasil tracing yang baik.

Untuk mengimpor image, seperti biasa pilih menu File > Place, kemudian pada kotak dialog Place, navigasikan ke directory tempat penyimpanan image. Pilih image yang dimaksud, lalu klik Place dan image akan masuk ke dalam dokumen kerja Anda.

Lihat Gambar 15.3. di bawah ini.

Gambar 15.3. Impor image ke dalam dokumen

Gambar 15.3. Impor image ke dalam dokumen

Kunci layer image sehingga untuk menghindari pengeditan tak sengaja. Caranya dengan mengklik ikon Toogles Lock   yang terletak di samping kiri Layer 1 tempat image berada.

Kemudian, buat layer bar di atas Layer 1 dengan jalan klik ikon Create New Layer   pada bagian bawah Palette Layers.  Simak Gambar 15.4.

Gambar 15.4. Kunci layer image dan buat layer baru

Gambar 15.4. Kunci layer image dan buat layer baru

  • Perbesar tampilan image dengan mengklik tombol Ctrl + [+] pada keyboard untuk memudahkan Anda melakukan tracing. Aktifkan Pen tool  , ubah warna stroke menjadi putih dan nonaktifkan warna fill pada Toolbox.

Penulis biasa memulai tracing wajah dari bagian mata. Seperti yang penulis jelaskan saat melakukan tracing mobil, mulai dengan membuat obyek yang posisinya paling atas. Di mata manusia, biasanya terdapat kilauan cahaya. Nah, trace bagian ini terlebih dulu.

Perhatikan Gambar 15.5. berikut ini.

Gambar 15.5. Mulai trace bagian paling atas mata

Gambar 15.5. Mulai trace bagian paling atas mata

Ubah warna isinya menjadi putih, kemudian melalui Palette Transparency, ubah nilai transparansi obyek tersebut menjadi 20% atau kurang. Simak Gambar 15.6.

Gambar 15.6. Ubah warna isi dan transparansi obyek

Gambar 15.6. Ubah warna isi dan transparansi obyek

  • Setelah bagian kilauan cahaya mata, selanjutnya buat obyek bola mata. Aktifkan Pen tool  , gunakan warna stroke putih dan fill nonaktif, kemudian mulai trace kontur bola mata. Jika sudah, ubah warna isinya menjadi hitam dengan mengklik area image yang ada di bawahnya dengan menggunakan Eyedropper tool.

Jangan lupa untuk memposiikan obyek bola mata di urutan paling bawah dengan memilih menu Object > Arrange > Send to Back.

Lihat Gambar 15.7

Gambar 15.7. Buat obyek bola mata

Gambar 15.7. Buat obyek bola mata

Jika Anda perhatikan, bola mata manusia tidak hanya satu warna—hitam saja misalnya—melainkan ada area berwarna lain yang biasa disebut iris. Nah, pada pada image yang penulis trace juga terdapat iris dengan warna coklat di bagian mata.

Penulis akan men-trace area iris tersebut, mengubah warna isinya menjadi coklat lalu memposisikannya di urutan paling bawah. Perhatikan Gambar 15.8. di bawah ini.

Gambar 15.8. Trace area iris dan ubah warna isinya

Gambar 15.8. Trace area iris dan ubah warna isinya

  • Ok, setelah berhasil melakukan tracing obyek penyusun bola mata, berikutnya trace obyek bulu mata dan garis mata yang posisinya di atas bola mata.

Kembali gunakan Pen tool  , ubah warna stroke menjadi putih dan nonaktifkn warna fill. Lakukan tracing, lalu ubah warna isinya menjadi hitam dengan mengklik area image di bawahnya menggunakan Eyedropper tool  , sehingga didapat hasil seperti pada Gambar 15.9.

Gambar 15.9. Trace area bulu mata dan ubah warnanya

Gambar 15.9. Trace area bulu mata dan ubah warnanya

Lanjutkan dengan melakukan tracing area coklat disekitaran mata, sekaligus sebagai pembatas mata. Jangan lupa posisikan di urutan paling bawah. Perhatikan Gambar 15.10.

Gambar 15.10. Trace area pinggiran mata

Gambar 15.10. Trace area pinggiran mata

Berikutnya, trace area dalam mata yang berwarna putih. Posisikan di urutan paling bawah sehingga didapat hasil seperti pada Gambar 15.11. di bawah ini.

Gambar 15.11. Trace area putih mata

Gambar 15.11. Trace area putih mata

Kemudian, trace area bayangan di bawah mata dan sekeliling mata, kemudian ubah warnanya menjadi coklat mudah dengan Eyedropper tool  . Jangan lupa posisikan di urutan paling bawah dengan memilih menu Object > Arrange > Send to Back. Simak Gambar 15.12. berikut ini.

Gambar 15.12. Trace area bayangan di bawah mata

Gambar 15.12. Trace area bayangan di bawah mata

Selanjutnya, seleksi semua obyek penyusun mata, gabungkan menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group, atau cukup dengan menekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

Untuk melihat seperti apa tampilan ilustrasi yang sudah Anda buat, nonaktifkan tampilan layer image dengan mengklik ikon visibility   di samping kiri Layer 1.

Perhatikan dengan seksama tampilannya seperti pada Gambar 15.13. di bawah ini.

Gambar 15.13. Hasil ilustrasi mata

Gambar 15.13. Hasil ilustrasi mata

Lumayan bukan? Memang capek dan butuh waktu, tapi kalau Anda memang ingin memperoleh hasil terbaik, Anda musti sabar, Ok?

  • Setelah mata pertama berhasil Anda trace, lanjutkan pada mata kedua. Ikuti langkah-langkah serupa dengan saat Anda membuat tracing mata pertama. Mulai dari obyek yang posisinya paling atas, diikuti obyek bawahnya dan begitu seterusnya.

Berikut penulis tunjukkan hasil tracing mata kedua pada Gambar 15.14. berikut supaya Anda bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas.

Gambar 15.14. Trace obyek mata kedua

Gambar 15.14. Trace obyek mata kedua

Jika sudah berhasil gabungkan masing-masing obyek mata menjadi satu grup, sehingga memudahkan Anda dalam melanjutkan proses tracing.

  • Setelah mata selesai Anda tracing, lanjutkan dengan melakukan tracing pada alis. Kita mulai dengan alis sebelah kanan. Gunakan Pen tool   dengan stroke warna putih dan fill nonaktif, lalu mulai trace kontur alis tersebut.

Lihat bahwa di alis sebelah kanan terdapat 2 area warna utama, yaitu coklat muda dan coklat tua. Anda bisa gunakan warna yang telah diaplikasikan pada obyek mata.

Mulai dengan tracing area yang posisi paling atas, baru area yang posisinya di bawahnya. Hasilnya terlihat seperti pada Gambar 15.15.

Gambar 15.15. hasil tracing alis mata kanan

Gambar 15.15. hasil tracing alis mata kanan

Lanjutkan dengan tracing area alis sebelah kiri. Perhatikan bahwa alis kiri mempunyai warna lebih gelap. Gunakan Eyedropper tool   untuk memilih warna yang sesuai dari image. Simak Gambar 15.16. di bawah ini.

Gambar 15.16. Trace alis sebelah kiri

Gambar 15.16. Trace alis sebelah kiri

Jika sudah, seleksi masing-masing obyek alis dan gabungkan menjadi satu grup.’

  • Berikutnya, lanjutkan dengan men-trace area hidung, terutama bagian lubang hidung. Gunakan Pen tool  , trace kontur dan gunakan Eyedropper tool   untuk mengaplikasikan warna yang sesuai. Simak hasilnya pada Gambar 15.17.
Gambar 15.17. Trace area hidung

Gambar 15.17. Trace area hidung

Seleksi semua obyek penyusun hidung dan gabungkan menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group, atau tekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

  • Lanjutkan dengan mentrace area bibir dan mulut. Hati-hati saat melakukan tracing daerah ini, karena bibir dan mulut sangat jelas terlihat saat sebuah image jadi.

Perhatikan hasil tracing yang penulis lakukan terhadap area bibir dan mulut image, sebagaimana terlihat pada Gambar 15.18. di bawah ini.

Gambar 15.18. Hasil tracing obyek bibir dan mulut

Gambar 15.18. Hasil tracing obyek bibir dan mulut

Jika sekarang Anda perhatikan, obyek-obyek tracing yang dihasilkan sudah mulai membentuk sesosok wajah, seperti terlihat pada Gambar 15.19. di bawah ini.

Gambar 15.19. Ilustrasi sementara hasil tracing

Gambar 15.19. Ilustrasi sementara hasil tracing

  • Kembali lanjutkan tracing area telinga. Gunakan Pen tool   dan ikuti kontur area dalam telinga untuk menampilkan bentuknya. Lalu, manfaatkan Eyedropper tool   untuk mengaplikasikan warna yang sesuai berdasarkan area image yang ada di bawahnya.

Karena obyek yang ditrace adalah image seorang perempuan, penulis tak lupa pula melakukan tracing pada anting-anting yang dipakainya.

Simak Gambar 15.20. untuk melihat hasilnya.

Gambar15.20. Hasil tracing telinga

Gambar15.20. Hasil tracing telinga

Jangan lupa jika sudah berhasil men-trace area telinga, seleksi semua obyek penyusunnya, lalu gabungkan menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group, atau cukup tekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

  • Nah, sekarang kita sampai pada bagian yang sangat kritis dan membutuhkan perhatian seksama, yaitu bagian rambut. Perhatikan bahwa seperti juga area mata, rambut manusia terdiri dari beberapa bagian yang musti Anda trace dengan jeli, dimulai dari bagian kilauan rambut, bagian hitam rambut dan helai-helai luar.

Awali dengan melakukan trace pada area kulaian rambut. Ingat Anda musti ekstra hati-hati. Gunakan Pen tool   dengan warna stroke putih dan fill nonaktif, dan lakukan untuk setiap area kilauan rambut. Jika kilauan rambut jumlahnya banyak, ya Anda musti melakukannya terus dan terus hingga semuanya berhasil di-trace.

Jika sudah, ubah warna isinya menjadi putih dan atur transparansinya menjadi 20% atau kurang.

Penulis tunjukkan bagaimana hasil dari tracing obyek kilauan rambut seperti pada Gambar 15.21. di bawah ini.

Gambar 15.21. Hasil tracing area kilauan rambu

Gambar 15.21. Hasil tracing area kilauan rambu

Jangan lupa untuk menggabungkan semua obyek kilauan rambut menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group atau tekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

  • Berikutnya, lakukan tracing untuk area hitam rambut. Nah, untuk bagian ini, Anda juga musti ekstra hati-hati, karena selain rambut itu mempunyai karakteristik unik, yaitu detail helaiannya yang fleksibel, juga jumlah helai yang musti Anda trace relatif banyak.

Jangan lupa untuk memposisikan hasil tracing area hitam rambut di bawah tracing kilauan rambut. Lihat hasil tracing penulis pada Gambar 15.22. di bawah ini.

Gambar 15.22. Trace area rambut

Gambar 15.22. Trace area rambut

Sekarang coba nonaktifkan tampilan layer image sehingga kita bisa melihat sejauh apa perkembangan tracing yang sudah dilakukan. Simak Gambar 15.23.

Gambar 15.23. Hasil sementara tracing image

Gambar 15.23. Hasil sementara tracing image

Lumayan ok juga, sejauh ini sudah lebih nampak karakteristik orang yang kita trace dari image. Lanjutkan terus yuk.

  • Berikutnya, kita akan melakukan tracing area bayangan yang membentuk kerutan pada wajah dan area lain, sebelum kita nantinya mengaplikasikan tracing pada bagian kulit.

Perhatikan Gambar 15.24. berikut ini.

Gambar 15.24. hasil tracing bayangan kerut wajah

Gambar 15.24. hasil tracing bayangan kerut wajah

Setelah itu, trace area baju sehingga memudahkan Anda nantinya dalam membuat obyek kulit. Ikuti kontur baju yang ada, ubah warna isinya menjadi hitam dan posisikan pada urutan paling bawah.

Perhatikan Gambar 15.25. di bawah ini untuk lebh jelasnya.

Gambar 15.25. Buat tracing obyek baju

Gambar 15.25. Buat tracing obyek baju

  • Sekarang, buat obyek kulit yang warnanya lebih gelap. Ikuti kontur kulit tersebut, seperti nampak pada Gambar 15.26.
Gambar 15.26. Trace area gelap kulit

Gambar 15.26. Trace area gelap kulit

Lanjutkan dengan trace area kulit sisanya. Sebenarnya, Anda bebas untuk membuat berapa lapis kulit, semakin banyak berarti semakin smooth (halus) jadinya tekstur kulit yang didapatkan. Jika Anda lihat, pada contoh ini penulis menggunakan 2 lapis kulit plus 3 lapis bayangan di atasnya.

Perhatikan hasilnya pada Gambar 15.27. berikut ini.

Gambar 15.27. Trace area kulit

Gambar 15.27. Trace area kulit

Jika sudah, Anda akan mendapatkan hasil akhir tracing seperti pada Gambar 15.28. di bawah ini.

Gambar 15.28. Hasil akhir portrait tracing

Gambar 15.28. Hasil akhir portrait tracing

Bagiamana hasil tracing tadi? Ok bukan? Anda bisa mengaplikasikan teknik ini untuk membuat karya seni dari image orang-orang yang berarti dalam hidup Anda.

Untuk melihat lebih banyak lagi contoh tracing vector yang sudah saya buat, silahkan cek di Astayoga.DeviantArt.com

Selamat mencoba, dan semoga bermanfaat. 🙂

Design What?

Masih dari buku ku CorelDraw Untuk Bisnis terbitan Elexmedia Komputindo.

Design What?

Pada bab pertama ini, kita akan berbincang terlebih dulu mengenai hal-hal yang melatarbelakangi arti penting desain grafis bagi sebuah perusahaan (kantor). Sebagai pendahuluan, bab ini mempunyai arti penting untuk mengantarkan Anda dalam membangun sebuah kerangka  pikir (framework) yang pada gilirannya akan menentukan seberapa optimal Anda mampu mendayagunakan potensi yang terkandung di dalam desain grafis sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda.

Ok, mari kita mulai.

The Grand Idea

Desain grafis, yang merupakan ekstensi seni rupa—desain visual—tak lain adalah anak kandung perkembangan teknologi modern, terutama komputer dan IT (information technology). Tak bisa dinafikkan betapa besar peranan komputer dalam merevolusi aplikasi desain dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam menunjang kampanye penjualan perusahaan.

Jika beberapa dekade yang lalu masih teramat mudah kita temukan desainer yang menggunakan kertas, pensil, pulpen, rugos, penggaris, dan berbagai peralatan tulis lainnya dalam membuat sebuah desain, maka sekarang semua fungsi alat-alat tersebut telah disubsitusikan oleh sebuah peralatan bernama komputer.

Jika dengan cara manual, sebuah desain bisa membutuhkan berjam-jam waktu kerja untuk menyelesaikannya, sekarang dibutuhkan waktu yang relatif lebih singkat dengan komputer. Presisi bentuk, warna, dimensi dan layout juga menjadi keunggulan komputer dalam pekerjaan desain kreatif dibandingkan metode manual. Selain itu, kemampuan simpan desain sebagai data dalam komputer menjadikannya pilihan terbaik untuk reproduksi dan storage. Benar-benar sebuah paket komplit yang tak mungkin dilewatkan oleh mereka yang bergerak di bidang desain.

Ergonomis, itulah kata kunci untuk menjelaskan esensi komputer dalam perkembangan desain grafis di dunia. Maka, jika Anda masih menemukan ada orang yang mendesain secara manual, ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu orang tersebut belum paham tentang potensi yang dimiliki komputer grafis, atau orang tersebut terlalu keras kepala untuk beralih ke teknologi baru yang lebih menguntungkan.

Tentunya Anda bukan termasuk orang seperti itu kan?

Yup, maka di sinilah Anda sekarang berada, di salah satu titik dunia desain grafis yang mahaluas, berupaya mengembangkan diri untuk meraih pencapaian kreatif paling optimal.

The Basic of Design

Ok…pertama-tama untuk bisa melakukan pekerjaan kreatif, Anda setidaknya harus memahami dulu dasar-dasar desain grafis itu sendiri. Konsep dasar yang bisa dijadikan pegangan sekaligus panduan, dalam pengerjaan sekaligus penilaian sebuah desain.

Anda tidak bisa hanya mengandalkan kreatifitas dan imajinasi semata dan berharap menghasilkan sebuah desain yang baik. Anda juga tak bisa hanya mengandalkan kemampuan teknis mengoperasikan suatu program desain dan berharap tercipta suatu desain yang menarik.

Dibutuhkan kombinasi antara pengetahuan desain, daya kreatifitas/imajinasi dan kemampuan teknis untuk bisa menghasilkan desain yang benar-benar sesuai tujuan yang diinginkan.

Dalam buku ini, Anda akan diajak untuk mengenal kosep/pengetahuan desain sekaligus menjajal kemampuan teknis program desain guna menyelesaikan beberapa proyek desain yang umum digunakan untuk kepentingan perkantoran.

Dengan mengikuti tahap demi tahap proyek desain yang ada, diharapkan Anda mampu menumbuhkan sebuah pemahaman akan arti penting desain sekaligus mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan program desain guna menangani berbagai persoalan terkait desain grafis dalam lingkup kerja sehari-hari.

Sedangkan mengenai kratifitas, well penulis senantiasa percaya kalau setiap dari kita terlahir dengan kemampuan kreatif. Ada yang kemampuannya menonjol, namun ada pula yang kurang menonjol. Namun, potensi untuk kreatif senantiasa ada di setiap manusia.

Jika Anda merasa kurang mempuanyai daya kreatif, percayalah, yang Anda perlu lakukan hanya mengasahnya. Caranya dengan banyak-banyak mencermati dunia sekitar Anda, memahaminya, mengendapkannya dalam relung terdalam diri, dan tanpa Anda sadari potensi kreatifitas Anda akan tumbuh bermekaran dengan sendirinya.

Hmmm….sekarang kita mulai bicara serius. Berikut penulis akan coba menjelaskan sekilas mengenai pengetahuan dasar yang musti Anda pahami untuk bisa menciptakan desain yang baik. Kita akan bicara mengenai Elemen Desain dan Prinsip-Prinsip Desain.

To be continued…

Desain Packaging

Ga sengaja bongkar-bongkar stok desain lama. Nemu desain-desain lawas saat mengawali karir sebagai desainer grafis di Semarang. Yup, sebelum merantau ke Jakarta, dulu sempat kerja kurang lebih 2 tahun di Jamu Jago sebagai desainer grafis. Main job-nya sich ngedesain packaging produk. Karena kebetulan kita bergerak di bidang farmasi, maka packaging menjadi satu hal yang sangat penting.

Contoh desain packaging yang pernah aku bikin

Basmurat

kemasan jamu Basmurat

Basmurat adalah produk jamu asam urat.

Konsep desain yang aku gunakan adalah bagaimana memvisualisakan penderitaan mereka yang terkena gejala gangguan asam urat berlebih, dimana persendian terasa sakit seakan tertusuk-tusuk.  Bagimana membuat calon konsumen merasakan bahwa kesakitan semacam itu tak seharusnya terlalu lama mereka derita jika mereka mau mengkonsumsi produk ini.

Karenanya, dalam eksekusinya, aku mendayagunakan beberapa elemen visual utama guna menyampaikan pesan tersebut:

  • Ilustrasi tulang dan persendian

Ilustrasi tulang dan persendian menyampaikan pesan visual yang jelas mengenai penyembuhan akan derita di bagian tubuh manakah yang ditawarkan produk ini. Yaitu pada persendian yang terkena asam urat.  Akan lebih mudah menumbuhkan asosiasi antara produk dengan penyakit melalui visualisasi macam ini.

  • Skema warna (merah, kuning, hitam)

Skema warna yang aku pilih sengaja memanfaatkan warna-warna panas (hot colors), seperti merah dan kuning, dengan penyeimbang warna netral seperti hitam dan putih.  Warna panas adalah jenis warna yang secara psikologis menumbuhkan asosiasi akan rasa sakit, suatu hal yang mencolok, movement dan sebagainya, yang aku anggap cocok untuk menguatkan asosiasi produk ini dengan penyakit asam urat.

Kedua warna tersebut semakin dikuatkan dengan warna hitam dan putih yang sifatnya netral. Di mana keberadaan area hitam dan putih semakin menonjolkan eksistensi kedua warna panas tadi.

  • Heading, subheading & teks pendukung

Heading merupakan hal yang tak bisa dihindari, karena heading di sini berkaitan dengan nama brand produk yang dimaksud. “Basmurat” sebagai nama produk aku tempatkan di pososi tengah atas dengan harapan dia menjadi pusat perhatian ketika calon konsumen melihat kemasan produk ini. Dengan menggunakan font yang tegas, serta sengaja dibuat dalam style miring (italic), aku berusaha menguatkan nuansa yang ada. Pemilihan font menjadi hal yang sangat penting saat merancang sebuah tampilan packaging produk. Karena setiap jenis font membawa nuansanya sendiri.

Sebagaimana terlihat, font untuk kata Basmurat masuk jenis Sans Serif, dimana nuansa yang terbangun adalah ketegasan, modern, to the point dan adanya level of confidence yang jelas. Ini dibutuhkan untuk menguatkan image bahwa produk ini manjur mengatasi semua gejala asam urat.

Aku sengaja menggunakan warna putih untuk heading basmurat ini dengan efek bayangan di belakangnya dengan pertimbangan kontras yang diciptakannya. Mengingat background yang sudah warna-warni, terutama didominasi warna-warna panas, aku butuh heading mempunyai warna lain. Putih adalah pilihan yang aku ambil. Efek bayangan menguatkan kontras yang ada, sekaligus menghilangkan kebutuhan akan outline tegas. Karena bayangan yang ada selain mampu memberikan ilusi jarak antara obyek tulisan Basmurat dengan latar belakangnya, juga berfungsi sebagai pembatas.

  • Logo
Berkreasi Membuat Logo Dengan CorelDraw 12

Berkreasi Membuat Logo Dengan CorelDraw 12

Logo di sini meliputi logo perusahaan produsen produk ini serta logo lainnya–logo produk jamu & produk berbahan dasar herbal. Ini penting ada karena logo perusahaan memudahkan asosiasi produk dengan citra perusahaan yang membuatnya. Sebuah produk baru mungkin tidak akan dijadikan pilihan oleh calon konsumen jika hanya mengandalkan dirinya sendiri. Namun, calon konsumen mungkin akan memilihnya begitu mengetahui bahwa produk tadi merupakan produksi dari perusahaan tertentu yang sudah punya nama.

Karena Jamu Jago merupakan salah satu pionir industri jamu di tanah air, dengan reputasi yang bisa dibilang bagus dan terpercaya, maka penggunaan logo Jamu Jago di kemasan produk menjadi semacam jaminan akan kualitasnya. Juga penggunaan logo-logo lain juga penting untuk semakin menguatkan pencitraan sebagai produk terpercaya baik dari sisi produsen maupun kelaikan produk dalam menenuhi standarisasi pemerintah (POM).

Lebih dalam mengenai konsep pembuatan logo dan sebagainya, bisa merujuk pada buku karangnya berjudul Berkreasi Membuat Logo dengan CorelDraw 12 terbitan Elexmedia Komputindo.

***

Lepas dari masalah concept development dari desain dan ekesekusinya hingga menghasilkan tampilan seperti di atas, hal yang tak kalah penting adalah produksi & post-production-nya. Di mana, desain packaging untuk kemasan produk mempunyai perbedaan mendasar dengan desain untuk kepentingan cetak lainnya.

Hal ini terjadi karena materi yang digunakan untuk sebuah kemasan produk (dalam hal ini jamu yang masuk kategori makanan/minuman) berbeda dengan materi cetak lain. Material yang diguankan adalah sejenis plastik berlapis alumunium foil guna melindungi bahan-bahan yang disimpan di dalamnya. Beda dengan mencetak di material kertas, percetakan pada alumunium foil dan sejenisnya menggunakan teknologi rotogravure.

Aku tak terlalu mendalami soal cetak rotogravure ini. Yang musti diingat adalah hasil cetak yang dihasilkan amat tergantung pada material yang digunakan, dimana secara visual kita tak terlalu bisa mengharapkan hasilnya secerah desain yang dicetak pada bahan kertas.

Selain itu, jumlah percetakan yang melayani percetakan rotogravure di Indonesia relatif masih sedikit, salah satunya adalah Pura Barutama yang berlokasi di Kudus, Jawa Tengah.

***

Koleksi desain packaging ku lainnya bisa dilihat di portfolio online ku.

Ok, selamat mendesain!