Yuk Mengenal Photoshop

Tulisan ini diambil dari buku Photoshop Untuk Pekerja Kantoran karya penulis yang diterbitkan Elexmedia Komputindo.

Mengenal Photoshop

Adobe Photoshop CS3

Adobe Photoshop CS3

Ada ungkapan, “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, yang tentunya kita semua familier. Ungkapan tersebut tak hanya berlaku pada hubungan antarmanusia, namun juga pada hal-hal lain, salah satunya software komputer.

Saya akan mengajak Anda, untuk mengenal lebih dekat Adobe Photoshop, atau umum disebut Photoshop. Dengan harapan, setelah Anda lebih kenal, Anda akan paham apa saja kemampuan serta kegunaannya. Sehingga pada akhirnya, Anda bisa memanfaatkannya secara maksimal untuk menunjang pekerjaan sehari-hari sebagai seorang pekerja kantor.

Mengapa Memilih Photoshop?

Mungkin ada di antara Anda yang bertanya, mengapa memilih Photoshop?

Well, alasannya bisa beragam, namun yang pasti Photoshop adalah software pengolah grafis raster terbaik yang ada di pasaran hingga saat ini. Jika Anda butuh melakukan editing foto atau image bitmap, Photoshop adalah pilihan pertama dan utama yang direkomendasikan oleh designer grafis profesional. Penulis sendiri adalah seorang praktisi creative design dengan lebih dari 12 tahun pengalaman, dan selama ini, Photoshop menjadi salah satu tool kerja profesionalnya.

Apa Itu Photoshop?

photoshop09

Mungkin ada di antara Anda yang masih bingung, sebenarnya Photoshop itu apa? Hal ini bisa dipahami dengan begitu banyaknya software komputer di luar sana, tidak semua orang, khususnya yang bukan pekerja kreatif atau yang tidak pernah berurusan dengan editing foto, paham akan Photoshop.

Ok, sebagaimana disebut sebelumnya, Photoshop, adalah pengolah grafis raster buatan Adobe Systems, Inc, sebuah perusahaan software terkemuka berbasis di California, Amerika Serikat.

Sejak kemunculannya di tahun 1988, Photoshop menjadi standar software pengolah grafis bitmap di dunia.

Keunggulan Photoshop

Berikut adalah beberapa keunggulan utama Photoshop:

  • Kelengkapan Fitur & Fasilitas

Photoshop mempunyai beragam fitur dan fasilitas yang memungkinkan pekerjaan kita menjadi mudah, praktis dan dengan hasil optimal.

Fitur utama seperti layer, alpha channel, path, history log, filters, color modes, vector editing hingga kemampuan ekspor ke beragam format file menjadikannya andalan.

  • Fleksibilitas Penggunaan

Penggunaan Photoshop sangat fleksibel. Untuk beragam tipe pekerjaan, Anda bisa menggunakan beragam tool dan fasilitas yang ada, semisal desain untuk cetak, web, animasi dan sebagainya.

Selain itu, Photoshop memungkinkan Anda mengatur sendiri tampilan kerja program dan melakukan kustomisasi menu, shortcut dan sebagainya.

  • Integrasi Dengan Program Lain (Adobe)

Yang sangat menarik dari Photoshop, utamanya dimulai dari seri Creative Suite (CS), adalah integrasinya yang semakin baik dengan program-program lainnya, utamanya buatan Adobe, seperti Illustrator, InDesign, After Effects dan sebagainya.

Artinya, ketika Anda bekerja di Photoshop, hasilnya bisa digunakan secara fleksibel di pekerjaan lain menggunakan program lain dari Adobe tanpa kehilangan kualitas dan kemampuan editingnya.

Seri Photoshop Yang Mana?

photoshop10

Sejak kemunculannya di tahun 1988, Adobe telah meluncurkan 15 seri Photoshop. Yang terbaru, di tahun 2014, dirilis seri Photoshop CC (Creative Cloud). Seri CC merupakan kelanjutan dari seri Photoshop CS (Creative Suite) yang keluar di tahun 2003 hingga 2013.

Seri manapun yang Anda gunakan, sebenarnya tidak terlalu masalah. Karena secara esensial, fitur-fitur utama Photoshop yang akan Anda gunakan tidak banyak berubah. Karenanya, khusus untuk buku ini, penulis menggunakan Adobe Photoshop CS3 sebagai contoh. Anda bisa menyesuaikan dengan seri Photoshop yang Anda gunakan.

Secara personal, penulis lebih menyarankan penggunaan versi CS dibandingan CC, karena kelengkapan fiturnya yang tidak kalah, namun dengan ukuran program yang lebih fleksibel.

Ok, mari kita mulai menyimak seperti apa Photoshop CS3 dan ada apa saja di dalamnya. Tujuannya untuk memberi Anda gambaran serta kemampuan teknis menggunakan fitur dan fasilitas yang ada di dalamnya dalam bekerja.

Interface Adobe Photoshop CS3

Saat Anda membuka program Adobe Photoshop CS3, berikut adalah tampilan interface (antarmuka) nya.

Tampilan antarmuka Photoshop CS3

Tampilan antarmuka Photoshop CS3

Jika Anda perhatikan, terdapat beberapa fitur dan fasilitas utama di dalamnya.

Menu Bar

Menu bar adalah kumpulan menu-menu yang ada di Photoshop. Terdiri dari 10 (sepuluh) menu utama, dan masing-masing di dalamnya terdapat submenu masing-masing. Menu-menu tersebut adalah: File, Edit, Image, Layer, Select, Filter, Analysis, View, Window dan Help.

Perhatikan Gambar di bawah ini.

Fasilitas Menu Bar

Fasilitas Menu Bar

Untuk memunculkan sebuah menu, Anda cukup mengklik menu bersangkutan, dan submenu di dalamnya akan muncul. Jika Anda perhatikan Gambar di atas, penulis mengklik menu Image > Mode > RGB Color.

Perhatikan bahwa di submenu Mode terdapat segitiga hitam di ujung kanannya, ini menunjukkan adanya submenu di dalamnya. Berbeda dengan menu lain seperti Duplicate atau Image Size yang tidak mempunyai submenu.

Saat Anda memilih sbuah menu, dimungkinkan adanya pilihan tambahan. Pilihan tambahan ini berupa dialog box (kotak dialog), di mana Anda bisa memasukkan nilai tertentu atau memilih parameter yang ada di dalamnya.

Perhatikan contoh dialog box untuk menu Image > Image Size berikut ini.

Dialog box menu Image Size

Dialog box menu Image Size

Toolbar

Toolbar adalah fasilitas di mana semua tool (alat) kerja Anda berada. Photoshop memberi Anda beragam tool untuk mengerjakan beragam fungsi, seperti menyeleksi, menggambar, mewarnai, menuliskan teks dan sebagainya. Lihat Gambar di bawah ini.

Fasilitas Toolbar

Fasilitas Toolbar

Jika Anda perhatikan, terdapat beragam tool (alat) di mana mereka dikelompokkan menjadi beberapa kategori untuk memudahkan Anda dalam menggunakannya.

Kelompok tool tersebut adalah:

  • Selection tools

Terdiri dari tool-tool yang bisa digunakan untuk melakukan seleksi area gambar (image), seperti Move tool, Rectangular Marquee tool dan sebagainya.

  • Crop and slice tools

Terdiri dari tool-tool yang bisa digunakan untuk melakukan cropping (pemotongan) area gambar (image) dan slicing (pemotongan area untuk diekspor menjadi halaman web).

  • Retouching tools

Sesuai namanya, kelompok ini terdiri dari tool-tool yang bisa digunakan untuk melakukan retouching (manipulasi) gambar (image). Seperti misalnya menghilangkan warna merah pada mata, menghaluskan kulit  dan lain sebagainya.

  • Painting tools

Terdiri dari tool-tool yang bisa digunakan untuk menggambar (melukis) di Photoshop. Sangat berguna saat Anda melakukan editing foto, atau benar-benar menggambar di Photoshop.

  • Drawing and type tools

Sedikit berbeda dengan kelompok Painting tools, Drawing and type tool berisi tool-tool untuk membuat obyek-obyek gambar yang tidak bisa dibuat dengan painting tools serta untuk membuat dan mengedit teks atau tulisan.

  • Annotation, measuring and navigation tools

Terdiri dari tool-tool yang membantu Anda membuat catatan, pengukuran panjang obyek dan navigasi saat bekerja di Photoshop.

Options Bar

Options bar adalah fasilitas yang memberikan pilihan tambahan untuk setiap tool (alat) yang Anda pilih. Pilihan tambahan ini memungkinkan Anda mengontrol penggunaan tool bersangkutan sehingga pekerjaan Anda lebih efektif.

Untuk setiap tool Anda akan temukan Options bar memunculkan pilihan tambahan yang berbeda. Semisal, di bawah ini adalah tampilan Options bar untuk Rectangular Marquee tool.

Options bar untuk Rectangular Marquee tool

Options bar untuk Rectangular Marquee tool

Document Window

Document window adalah bagian paling penting dari pekerjaan Anda di Photoshop. Ini adalah dokumen kerja, di mana gambar (image) yang Anda buat, edit dan desain berada. Anda bisa membuat dokumen baru, atau membuka file gambar (image) yang sudah ada sebelumnya.

Panels

Panel adalah fasilitas yang memungkinkan Anda memaksimalkan penggunaan tool, teknik dan efek yang dihasilkan di Photoshop. Terdapat beragam panel dengan berbagai kegunaan dan fungsinya masing-masing. Panel-panel utama yang sebaiknya Anda perhatikan adalah: Layers, Channels, History, Character dan Color.

Guna menampilkan dan atau mengakses panel yang Anda inginkan bisa melalui menu Window > [Panel], atau dengan mengklik jendela panel di sebelah kanan area kerja Anda. Simak Gambar di bawah ini.

Aneka Panel di Photoshop

Aneka Panel di Photoshop

Docks of Panels

Docks of Panels adalah sekumpulan Panel yang diminimize dan disusun berurutan di sebelah kanan area kerja untuk memudahkan Anda dalam mengaksesnya. Ditampilkan sebagai icon di mana saat Anda klik akan menampilkan box panel bersangkutan.

Simak Gambar berikut.

 Fasilitas Docks of Panels

Fasilitas Docks of Panels

Fasilitas-fasilitas di atas adalah bagian utama yang sebaiknya Anda kuasai. Masih banyak fasilitas dan fitur tambahan lainnya untuk Anda eksplorasi sejalan dengan seringnya menggunakan Photoshop. Namun sekiranya sekarang, informasi di atas relatif cukup untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang akan dibahas di bab-bab selanjutnya.

Sekiranya Anda tertarik mengeksplorasi lebih detail setiap fasilitas dan fitur yang ada, Photoshop CS3 melengkapi Anda dengan menu Help, yang berisi detail informasi teknis. Anda bisa mengaksesnya dengan memilih menu Help > Photoshop Help.

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat. Jika Anda menemui kesulitan dalam mempelajari Photoshop, silahkan hubungi saya lewat email.

Apa Beda Desainer Profesional & Amatir

designer

Sedikit berbagi bagi teman-teman yang berkecimpung atau berminat untuk bergelut di bidangn kreatif sebagai desainer. Saya tidak membatasi desainer apa, bisa desainer grafis, 3D animator, desainer interior atau apapun. Selama Anda berurusan dengan pekerjaan kreatif, tulisan ini layak Anda baca. Kalaupun tidak bergelut di bidang kreatif, tetaplah baca, tak ada ruginya.

Ok, satu hal yang saya pelajari setelah bertahun-tahun bekerja dan berurusan dengan pekerjaan kreatif, ada 2 jenis pekerja kreatif. Atau saya menyebutnya desainer. Yaitu desainer profesional & desainer amatir.

Yang membedakan keduanya bukan kemampuan teknis. Sangat-sangat bukan. Bukan kemampuan menggunakan tool desain, e.g. Photoshop atau 3DSMax dan sejenisnya. Bukan seorang desainer profesional pasti lebih jago daripada yang amatir.

Yang membedakan adalah mindset. Pola pikir.

Yup, pola pikir dari desainer itu sendiri yang membedakannya layak disebut seorang profesional atau masih amatir.

Pola pikir macam apa? Mungkin itu pertanyaan Anda.

Pola pikir dalam melihat sebuah pekerjaan/tugas kreatif yang ada atau diberikan kepada Anda. Baik dari klien, maupun dari atasan.

Seorang desainer profesional, melihat pekerjaan atau tugas dalam konteks solusi. Konteks solusi artinya, dia diminta bantuan untuk mendayagunakan kemampuan teknis & non teknis yang dimilikinya, untuk memberikan solusi kreatif guna menyelesaikan pekerjaan tersebut. Hasil keluaran (output) yang diharapkan bisa beragam, berupa desain 2D, 3D, ilustrasi tangan, vector tracing, character design, copywriting atau apapun. Style, format, tools atau apapun disesuikan dengan konsep solusi yang ditawarkan.

Idenya adalah, seorang desainer profesional tidak terjebak pada tools, i.e. software yang dikuasainya, style design yang dikuasainya, format keluaran (output) yang biasa dia buat dan sejenisnya. Bahkan, kalau dia hanya punya selembar kertas dan sebuah pensil, dia akan tetap bisa mendeliver solusi tadi, meski nantinya pasti butuh disempurnakan secara teknis.

Seorang desainer profesional juga tidak memaksakan selera pribadinya kepada klien. Semisal, saya suka dengan vector illustration, saya tidak akan memaksakan selera saya tersebut kepada klien yang mempunyai kebutuhan desain yang tidak cocok dengan pendekatan vector illustration tersebut.

Nah, sebaliknya, seorang desainer amatir melakukan kebalikan dari hal-hal di atas. Biasanya, mereka “hanya” menguasai tool tertentu dan berpikir bahwa hal tersebut sudah cukup layak menjadikan mereka disebut sebagai seorang desainer.

Dia merasa, dengan menguasai cara menggunakan Photoshop atau Illustrator, dia disebut desainer. Kalau saya menyebutnya, operator softaware desain. Nah, yang seperti ini banyak sekali. Sangat banyak sehingga kadang susah bagi orang awam untuk melihat nilai lebih mereka. Akibatnya, ya mereka dan hasil karyanya kurang dihargai.

Kedua, para desainer amatir ini bekerja berdasarkan “mood” dan selera.

Pernah dengar desainer yang bilang “Saya tidak bisa bekerja karena mood-nya belum dapat”, atau sejenisnya. Nah,yang terjadi adalah, mood atau selera pribadi menentukan hasil pekerjaan, yang semestinya dihindari.

Ya betul sekali bahwa namanya manusia pasti dipengaruhi kondisi mental atau perasaan, namun tak seharusnya pekerjaan desain diperlakukan seperti ini, kecuali Anda bekerja untuk diri sendiri layaknya seorang seniman dan bukan bekerja untuk klien atau perusahaan.

Nah, yang semestinya dilakukan seorang desainer adalah bekerjan berdasarkan konsep dan bukan berdasarkan mood. Bekerjaan berdasarkan konsep, berdasarkan analisis kebutuhan klien dan pola solusi desain yang sesuai, serta menempatkan mood & selera di titik di mana keduanya mendukung konsep dan pola solusi tadi.

Ketiga, seorang desainer amatir biasa memaksakan seleranya sendiri. Apa yang bagus menurutnya dicoba dipaksakan untuk dianggap bagus & diterima oleh klien-nya. Saya tidak mengatakan bahwa hal ini 100% salah, saya hanya bilang, jika selera tersebut berkaitan  dengan soal estetika semata, maka memaksakan selera artinya pemaksaan nilai estetika. Di mana setiap orang punya seleranya sendiri. Mungkin Anda tidak setuju dengan selera seseorang, dalam kasus ini klien, namun tak sepatutnya Anda sebagai desainer memaksakan selera Anda sendiri.

Yang semestinya Anda lakukan adalah, memberi klien Anda panduan berdasarkan hasil analisis kasus desain yang dihadapi, solusi yang bisa digunakan dan pendekatan teknisnya. Sekiranya pendekatan teknis tersebut melibatkan penggunaan suatu style desain tertentu yang cocok dengan selera pribadi Anda, well gunakanlah. Tapi, kalau tidak, dan berdasarkan analisis desain Anda sebaiknya digunakan pendekatan lain, well jangan paksakan diri dan selera Anda tadi.

Nah, sekiranya Anda bisa mulai melatih melepaskan ego pribadi dalam mendesain, Anda bisa sedikit demi sedikit memposisikan diri dan menyebut diri Anda seorang desainer profesional.

Semoga bermanfaat.

Tutorial Desain Grafis – Psikologi Warna

Buku CorelDraw Untuk Bisnis

Sekedar berbagi. Postingan ini diambil dari materi dalam buku CorelDraw Untuk Bisnis terbitan Elexmedia Komputindo. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Yang tak kalah penting dari penggunaan warna dalam desain grafis adalah, fungsinya sebagai media penyampai pesan yang sangat kuat. Warna mempunyai implikasi yang sangat besar pada persepsi sesorang akan suatu maksud.

Contoh paling konkrit dalam kehidupan sehari-hari adalah, warna-warna lampu lalu lintas, di mana di belahan bumi manapun, saat seseorang melihat warna merah menyala pada traffict light, dia akan segera tahu bahwa ada larangan untuk berjalan/menjalankan kendarannya. Ketika lampu kuning ganti menyala, maka dia akan bersiap-siap atau berjaga-jaga karena warna tersebut menandakan peringatan untuk berhati-hati. Sementara, begitu lampu hijau yang menyala, orang tersebut akan segera berjalan atau menjalankan kendarannya.

Anda pun bisa menemukan berbagai contoh lain penggunaan warna dalam keseharian untuk berkomunikasi antarmanusia, dan hal ini bukan menjadi suatu yang aneh, karena bahkan sejak manusia purba mulai menghuni gua-guna berbatu, mereka sudah menggunakan aneka warna untuk menyampaukan pesan dengan melukiskan cap-cap tangan di dinding gua.

Penggunaan warna sebagai media komunikasi menunjukkan adanya suatu konvensi yang diterima umum akan makna suatu warna. Asosiasi warna terhadap makna bisa jadi merupakan suatu hal yang terbawa oleh warna itu sendiri dan telah mengendap dalam benak manusia, namun bisa pula menjadi sesuatu yang terstruktur secara sadar maupun tidak. Semua hal itu masuk ke dalam bahasan mengenai psikologi warna, yaitu bagaimana warna-warna bisa mempengaruhi persepsi dan perilaku manusia.

Dalam konteks perusahaan, penggunaan warna yang tepat sama artinya dengan pemilihan senjata yang tepat untuk berpromosi. Sama saja dengan penggunaan orang-orang yang tepat di posisi startegis. Sama pula dengan memasarkan produk atau jasa dengan cara yang tepat sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen.

Menggunakan warna yang tepat, mampu meningkatkan nilai sekaligus menegaskan pesan yang hendak disampaikan dalam desain-desain yang Anda buat. Kita tak biacara mengenai nilai artistik semata ketika mendesain untuk kepentingan perusahaan/bisnis, namun kita lebih mengacu pada seberapa mampu pesan yang diinginkan tersampaikan kepada publik yang diinginkan lewat desain itu. Dan salah satu kunci pokoknya adalah, pemilihan warna yang tepat.

Ok, secara garis besar, warna-warna dalam desain grafis bisa dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori besar, yaitu warna panas/hangat, warna dingin/sejuk dan warna netral. Kita akan bicara ketiganya satu per satu.

Warm & Cold Colors

  • Warna Panas/Hangat (Warm Colors)

Warna panas/hangat ini adalah kelompok warna yang secara psikologis menumbuhkan nuansa aktif, seru atau bersemangat terhadap orang yang melihatnya. Warna ini pula yang menimbulkan nuansa agresif, tegas, berani, lincah, hangat dan exciting. Sering pula, warna panas digunakan untuk memberi peringatan akan adanya bahaya, atau perlunya kehati-hatian.

Warna panas/hangat sangat cocok digunakan untuk memberikan penegasan atau aksentuasi pada suatu desain. Juga bisa digunakan untuk menarik perhatian atau mengajak audiens untuk memfokuskan perhatiaan pada suatu hal.

Yang termasuk ke dalam kelompok warna panas/hangat ini antara lain: Merah, Oranye dan Kuning. Juga termasuk berbagai varian dari ketiga warna tersebut.

  • Warna Dingin/Sejuk (Cool Colors)

Warna dingin/sejuk ini adalah warna yang menumbuhkan nuansa pasif, tenang, kalem dan teduh pada orang yang melihatnya. Juga bisa digunakan untuk menunjukkan adanya ketenangan, harmoni, kedamaian dan keluasan pikir. Seringkali, warna-warna dingin/teduh digunakan oleh mereka yang bergerak di bidang-bidang yang terkait dengan hal-hal yang membuthkan ketenangan dan ketelitian serta itegritas tinggi, seperti medis, keuangan, layanan kesehatan dan kecantikan, serta masih banyak lagi.

Yang masuk dalam kategori warna dingin/sejuk antara lain warna biru, hijau, ungu dan berbagai varian ketiganya. Jika Anda tak percaya, ada cara mudah untuk membuktikannya, saat Anda merasa kusut atau kacau, coba pandanglah ke arah langit biru, padang rumput hijau yang luas, atau lautan biru yang menghampar, maka niscaya perasaan dan mood Anda akan berangsur lebih tenang.

  • Warna Netral (Neutral Colors)

Warna netral adalah warna-warna yang tidak masuk ke dalam kategori warna panas maupun warna dingin. Warna netral secara psikologis menumbuhkan nuansa kestabilan, firm dan stiffness. Warna netral bisa digunakan untuk menonjolkan warna-warna terang atau semakin menekankan nuansa yang ditimbulkan warna dingin.

Yang masuk ke dalam kategori warna netral antara lain warna hitam, putih dan abu-abu, serta berbagai varian dari ketiganya.

Berdasarkan banyak penelitian, diketahui bahwa secara kognitif, warna dapat digunakan dalam desain sebagai berikut:

  1. Menegaskan suatu hal yang dianggap lebih penting dibandingkan yang lain.
  2. Penggunaan warna-warna tertentu sebagai kode khusus akan suatu maksud—merah untuk stop, kuning untuk hati-hati, hijau untuk jalan terus—membantu memudahkan pemahaman akan suatu informasi.
  3. Penggunaan warna mengurangi beban kerja kognitif otak, karena adanya nilai-nilai tertentu yang terasosiasi dengan warna-warna tersebut.
  4. Warna juga menyederhanakan pamahaman akan informasi, yaitu dengan mengelompokkan jenis informasi sama dengan warna-warna yang sama/serupa.

Menurut Pett dan Wilson, ada beberapa hal mengenai warna yang musti diperhatikan oleh orang-orang yang ingin menggunakannya dalam sebuah desain, yaitu:

  1. Gunakan warna untuk menumbuhkan persepsi akan realitas.
  2. Gunakan warna untuk membedakan antar elemen visual dalam desain.
  3. Gunakan warna untuk untuk memfokuskan perhatian akan suatu hal penting dalam desain, atau untuk memberikan petunjuk akan hal penting yang coba disampaikan.
  4. Gunakan warna untuk menunjukkan korelasi atau hubungan antarelemen yang serupa atau masih terkait satu dengan yang lain.
  5. Gunakan warna secara konsisten, karena itu memudahkan audiens untuk memahami maksud sebuah desain.
  6. Gunakan warna mencolok—warna panas/hangat—guna menarik perhatian.
  7. Gunakan pula warna mencolok untuk desain-desain yang lebih ditujukan pada audiens berusia muda—remaja atau anak-anak—karena kelompok usia ini cenderung lebih responsif terhadap warna-warna mencolok.
  8. Gunakan warna sesuai dengan konsepsi umum yang disepakati, kecuali kalau memang Anda mau mencoba mendobrak tatanan yang sudah ada, dan menawarkan prinsip baru akan suatu makna. Sebisa mungkin, kalau Anda berhadapan dengan audiens luas, gunakan warna sesuai makna yang paling umum diterima.
  9. Gunakan warna sesuai dengan kultur budaya audiens, karena seringkali ada pemahaman yang berbeda akan suatu warna pada budaya yang berbeda pula. Berhati-hatilah akan pemilihan warna, karena sama artinya dengan pemilihan makna.

Efek Teks Pop-up

Buku Membuat Efek Teks Profesional Dengan Photoshop oleh Hasto Suprayogo

Buku Membuat Efek Teks Profesional Dengan Photoshop oleh Hasto Suprayogo

Diambil dari buku Membuat Efek Teks Profesional Dengan Photoshop terbitan Elexmedia Komputindo. Berminat, beli di sini.

Efek Teks Pop-up

Pada bab ini, Anda akan diajak untuk membuat efek teks pop-up pada teks. Efek pop-up berguna untuk menonjolkan elemen teks dan menjadikannya pusat perhatian dalam sebuah desain.

Ikuti langkah-langkah berikut ini.

  • Buat dokumen kerja baru pada Photoshop dengan memilih menu File > New, kemudian pada kotak dialog New masukkan nilai parameter Width: 800px, Height: 800px dan Color Mode: RGB. Klik Ok dan dokumen kerja baru siap digunakan. Lihat Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Buat dokumen kerja baru

Gambar 1.1. Buat dokumen kerja baru

  • Selanjutnya aktifkan Horizontal Type tool , kemudian ketikkan teks “HALLO”, atur font-nya menjadi Arial Black 200pt dengan warna hitam. Lihat Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Ketikkan teks “HALLO” dan atur parameternya

Gambar 1.2. Ketikkan teks “HALLO” dan atur parameternya

Jika sudah, klik ikon Commit yang ada di Options bar atau aktifkan Move tool pada Toolbar.

  • Berikutnya, kita akn mengubah teks tadi menjadi obyek raster (pixel) biasa. Caranya, perhatikan pada Palette Layers, klik kanan nama layer teks “HALLO” dengan background warna biru, kemudian pada pop-up menu yang muncul pilih Rasterize Layer. Perhatikan Gambar 1.3. berikut.
Gambar 1.3. Ubah layer teks menjadi layer biasa

Gambar 1.3. Ubah layer teks menjadi layer biasa

Jika Anda tidak mengubah layer teks menjadi layer biasa, terdapat banyak fasilitas pengeditan dalam Photoshop yang tak bisa diaplikasikan pada obyek teks tersebut.

  • Selanjutnya, pilih menu Filter > Stylize > Emboss, lalu pada kotak dialog Emboss, masukkan nilai parameter Angle: 145o, Height: 5px dan Amount: 150%. Jangan lupa untuk mengaktifkan pilihan Preview lalu klik Ok untuk mendapatkan hasil seperti pada Gambar 1.4. di bawah ini.
Gambar 1.4. Aplikasikan filter Emboss

Gambar 1.4. Aplikasikan filter Emboss

  • Selanjutnya, perhatikan Palette Layers, pastikan layer “HALLO” aktif terseleksi, lalu sambil menekan tombol Alt + Ctrl pada keyboard, tekan juga tombol ↓ (panah ke bawah) pada keyboard sebanyak 15 kali hingga didapat ketebalan seperti pada Gambar 1.5.
Gambar 1.5. Hasil perubahan ketebalan obyek “HALLO”

Gambar 1.5. Hasil perubahan ketebalan obyek “HALLO”

Jika Anda perhatikan pada Palette Layers, sekarang terdapat 15 layer baru berupa kopian layer “HALLO”. Layer-layer kopian inilah yang tadi membentuk ketebalan obyek “HALLO”. Perhatikan Gambar 1.6. di bawah ini.

Gambar 1.6. Layer-layer kopian layer “HALLO”

Gambar 1.6. Layer-layer kopian layer “HALLO”

  • Kita akan gabungkan semua layer yang ada menjadi satu kecuali layer Background. Caranya, pada Palette Layers, nonaktifkan tampilan Layer Background dengan mengklik ikon visibility di samping kiri nama layer. Lihat Gambar 1.7.
Gambar 1.7. Nonaktifkan tampilan layer Background

Gambar 1.7. Nonaktifkan tampilan layer Background

Kemudian klik ikon segitiga hitam pada pojok kanan atas Palette Layers untuk menampilkan pop-up menu lalu pilih Merge Visible. Pilihan ini akan menggabungkan (merging) semua layer yang tampil (visible)—kecuali layer Background yang sebelumnya telah Anda nonaktifkan.

Simak Gambar 1.8. berikut ini untuk lebih jelasnya

Gambar 1.8. Gabungkan semua layer yang tampil (visible)

Gambar 1.8. Gabungkan semua layer yang tampil (visible)

Perhatikan bahwa setelah Anda menggabungkan semua layer yang tampil di Palette Layers dengan menu Merge Visible, hasilnya tersisa 2 layer saja, yaitu layer hasil merging—layer “HALLO copy 15”—dan layer Background.

  • Aktifkan kembali layer Background. Lalu, seleksi layer “HALLO”, kemudian kita akan mengaplikasikan layer style. Pilih menu Layer > Layer Style > Gradient Overlay.

Pada kotak dialog Layer Style masukkan nilai parameter Blend Mode: Overlay, Opacity: 70%, Style: Linear, Angle: 45o dan Scale: 100%. Jangan lupa aktifkan pilihan Preview untuk melihat hasilnya secara langsung. Simak Gambar 1.9. berikut.

Gambar 1.9. Atur parameter Gradient Overlay

Gambar 1.9. Atur parameter Gradient Overlay

Berikutnya, masih di kotak dialog Layer Style, klik Drop Shadow pada bagian Styles di bagian kiri atas kotak dialog. Kemudian, atur parameter Blend Mode: Multiply, Color: Hitam, Opacity: 25%, Angle: 65o, Distance: 0, Spread: 0 dan Size: 5. Jangan lupa aktifkan pilihan Preview. Simak Gambar 1.10.

Gambar 1.10. Atur parameter Drop Shadow

Gambar 1.10. Atur parameter Drop Shadow

Jika sudah, klik Ok dan Anda akan dapatkan hasil seperti pada Gambar 1.11. di bawah ini.

Gambar 1.11. Hasil akhir efek Teks Pop-up

Gambar 1.11. Hasil akhir efek Teks Pop-up

Anda bisa melakukan variasi terhadap efek Layer Style yang diaplikasikan sesuai keinginan Anda.