Teknik Dasar Desain Dengan Adobe Illustrator

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Tutorial ini diambil dari buku ku berjudul Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS terbitan Elexmedia Komputindo. Meski secara versi aplikasi Adobe Illustrator CS sudah tidak up to date, namun teknik dasar yang diajarkan di sini masih relevan dan serupa dengan yang akan Anda temukan di versi lebih baru dari software tersebut.

Silahkan disimak, dan semoga bermanfaat.

Untuk bisa membuat sebuah desain, hal yang paling pokok untuk Anda miliki adalah kemampuan tehnis penggunaan suatu program. Dalam konteks buku ini, yang penulis maksud adalah program Adobe Illustrator CS. Kemampuan ini terkait erat dengan teknik-teknik dasar dalam menggunakan semua fasilitas dan fitur yang ada, sehingga Anda bisa memvisualisasikan sebuah ide menjadi desain.

Maka, di bab ketiga ini penulis sengaja membahas mengenai teknik-teknik dasar penggunaan Illustrator dengan harapan Anda akan mempunyai bekal kemampuan dalam menggunakan Illustrator, sehingga nantinya bisa fokus dalam perancangan dan aplikasi pembuatan sebuah desain.

Adobe Illustrator CS

Adobe Illustrator CS

Bagi Anda yang telah mampu atau terbiasa menggunakan program ini bisa langsung menuju bab selanjutnya. Namun, sekiranya Anda ingin memperdalam atau mencoba menemukan hal-hal baru, tak ada salahnya membaca bab ini. Sementara, bagi Anda pengguna pemula, maka penulis sarankan sebaiknya Anda baca dan pahami hal-hal yang dibahas dalam bab ini. Ok, kita mulai saja.

Bekerja Dengan Dokumen

Dokumen kerja adalah hal pertama yang harus Anda kuasai penggunaanya, karena tak mungkin Anda membuat desain tanpa membuat dokumen kerja. Kemampuan untuk membuat dan mengedit dokumen secara efektif membantu Anda bekerja lebih efisien.

Membuat dan Mengatur Dokumen Baru

Teknik pertama adalah membuat sebuah dokumen baru serta menentukan parameter penyusunnya. Untuk itu ikuti langkah-langkah berikut ini.

  • Jika Anda membuka program illustrator pertama kali, maka secara default sebuah kotak dialog Welcome Screen akan ditampilkan. Jika kotak ini tidak tampil, Anda bisa mengaktifkannya dengan memilih menu Help > Welcome Screen. Lihat Gambar 3.1.Melalui kotak dialog Welcome Screen ini, klik ikon New Document.Cara kedua adalah dengan memilih menu File > New, atau cukup dengan menekan tombol Ctrl + N pada keyboard.
Kotak dialog Welcome Screen

Gambar 3.1. Kotak dialog Welcome Screen

  • Kedua cara yang Anda pilih di atas selanjutnya akan memunculkan sebuah kotak dialog New Document, di mana di dalamnya Anda bisa menentukan berbagai parameter pengaturan dokumen.Simak Gambar 3.2. di bawah ini.
    Kotak dialog New Document

    Gambar 3.2. Kotak dialog New Document

    Perhatikan bahwa pada kotak dialog New Document ini terdapat beberapa bagian penting, yaitu:

    • Name

    Bagian ini memungkinkan Anda untuk menentukan nama dokumen. Penamaan dokumen sangat penting, karena akan memudahkan Anda dalam menyimpan dan kelak membuka kembali dokumen tersebut.

    Secara default, Illustrator CS akan emnamai dokumen yang Anda buat dengan nama “Untitled-1” dan seterusnya. Nama ini pula yang akan digunakan saat Anda akan menyimpan dokumen tersebut.

    Penulis sarankan Anda menamai dokumen dengan nama yang jelas dan mudah menunjukkan isi dokumen tersebut. Semisal, Anda akan membuat desain logo toko “Fantasia”, maka sebaiknya gunakan nama “Logo Toko Fantasia”. Lebih baik lagi jika Anda menambahkan tanggal pembuatan dokumen tersebut pada nama, sehingga memudahkan Anda mengetahui kronologis pembuatan dokumen tersebut. Semisal, penulis membuat desain pada tanggal 12 Mei 2006, maka desain di atas penulis namai “Logo Toko Fantasia 12 Mei 2006”.

    Awalnya mungkin terlihat ribet, namun ketika Anda mulai bekerja dengan banyak dokumen atau banyak revisi, maka penamaan semacam ini akan sangat membantu Anda dalam mengatur pekerjaan tersebut.

    • Size

    Bagian ini menentukan ukuran dimensional dokumen yang Anda buat. Illustrator CS membekali Anda dengan berbagai preset (ukuran tetap) dokumen yang umum digunakan melalui drop down menu Size. Namun, Anda juga bisa menentukan sendiri ukuran dokumen dengan memilih “Custom” lalu memasukkan ukuran horisontal dan vertikal dokumen tersebut.

    • Units

    Bagian ini menentukan satuan pengukuran yang Anda gunakan dalam dokumen. Illustrator CS menawarkan berbagai satuan pengukuran yang bisa Anda pilih. Anda juga bisa mengganti-ganti satuan pengukuran saat bekerja dengan dokumen aktif.

    Pemilihan satuan pengukuran sebaiknya Anda sesuaikan dengan tujuan akhir desain dalam dokumen tersebut. Jika desain tersebut ditujukan untuk kepentingan cetak (printing), sebaiknya Anda gunakan satuan pengukuran riil yang banyak dipakai sehari-hari, seperti Millimeters, Centimeters, Inches. Sementara, jika untuk kepentingan tampilan di monitor, maka satuan Pixels akan lebih baik.

    • Width

    Bagian ini menampilkan ukuran dimensional dokumen secara horisontal (mendatar), atau umum disebut lebar dokumen. Anda juga bisa mengubah sendiri lebar dokumen dengan memasukkan suatu nilai pada bagian ini.

    • Height

    Sementara, bagian ini berfungsi menampilkan ukuran dimensional dokumen secara vertikal (tegak), atau sering disebut tinggi dokumen. Serupa dengan bagian Width, Anda juga bisa mengubah ukuran tinggi dokumen dengan memasukkan nilai tertentu pada bagian ini.

    • Orientation

    Bagian ini menentukan orientasi dokumen yang Anda buat, di mana terdapat 2 (dua) pilihan orientasi, yaitu Portrait (tegak)  dan Landscape (mendatar) .

    • Color Mode

    Bagian ini memungkinkan Anda menentukan mode warna dokumen yang Anda buat. Mode warna, sebagaimana telah disinggung sedikit pada bab sebelumnya, adalah cara suatu program—dalam hal ini Illustrator CS—menampilkan beragam warna dalam dokumen berdasarkan komponen warna dasar penyusun mode warna tersebut.

    Illustrator CS menawarkan 2 (dua) mode warna yang paling umum digunakan, yaitu CMYK (Cyan-Magenta-Yellow-Black) dan RGB (Red-Green-Blue). Pemilihan mode warna ditentukan oleh tujuan akhir penggunaan desain dalam dokumen bersangkutan, di mana jika desain tersebut ditujukan untuk kepentingan cetak, sebaiknya gunakan mode warna CMYK, sementara jika digunakan untuk kepentingan tampilan di monitor, pakailah mode warna RGB.

    Setelah Anda menentukan semua parameter pengaturan dokumen, klik tombol Ok dan dokumen kerja baru siap untuk Anda gunakan. Ok, tak ada yang terlalu sulit kan dalam pembuatan dan pengaturan dokumen kerja baru.

Menyimpan dan Menutup Dokumen

Setelah Anda bisa membuat dan mengatur dokumen kerja baru, hal selanjutnya yang harus Anda kuasai adalah menyimpan dan menutup dokumen.

Menyimpan (saving) berfungsi untuk memastikan pekerjaan desain yang Anda lakukan tersimpan dalam harddisk atau media penyimpanan sejenis. Sehingga di lain waktu, Anda bisa menggunakannya lagi. Sementara, jika pekerjaan desain yang Anda lakukan sudah selesai, maka Anda perlu untuk menutup dokumen bersangkutan.

Untuk menyimpan dokumen, ikuti langkah-langkah berikut ini:

  • Jika dokumen tersebut merupakan dokumen baru, atau Anda ingin menyimpan dokumen sebagai dokumen baru, maka pilih menu File > Save As, atau tekan tombol Shift + Ctrl + S.

Sebuah kotak dialog Save As akan muncul, di mana Anda bisa menentukan nama file dan lokasi penyimpanan file tersebut pada komputer. Lihat Gambar 3.6. berikut.

Kotak dialog Save As

Gambar 3.6. Kotak dialog Save As

Lalu klik tombol Save dan dokumen tersebut akan tersimpan dengan nama file dan lokasi penyimpanan yang telah Anda tentukan.

  • Sementara, jika Anda mengedit sebuah dokumen yang telah tersimpan sebelumnya, dan Anda ingin menyimpan perubahan tersebut, maka Anda cukup memilih menu File > Save, atau tekan tombol Ctrl + S pada keyboard.

Sedangkan untuk menutup dokumen kerja yang aktif di jendela program Adobe Illustrator CS, Anda bisa memilih menu File > Close, atau cukup dengan menekan tombol Ctrl + W pada keyboard

Mengimpor dan Mengekspor Dokumen

Seringkali Anda temukan saat bekerja membuat desain, Anda perlu menggunakan image tertentu yang bukan dibuat dengan Illustrator. Maka, Anda musti terlebih dulu memasukkan image tersebut ke dalam dokumen Illustrator. Proses memasukkan image ke dalam dokumen ini disebut dengan mengimpor.

Adobe Illustrator CS memungkinkan Anda mengimpor berbagai tipe dokumen, baik itu dokumen berbasis bitmap (seperti JPEG, TIF, GIF, BMP, dsb) maupun dokumen berbasis vector (seperti FH, AI, PDF, DWG, CDR, dsb).

Untuk mengimpor image ke dalam dokumen Illustrator, ikuti langkah-langkah berikut.

  • Pilih menu File > Place
  • Kemudian, pada kotak dialog Place, navigasikan ke dalam folder tempat penyimpanan image. Selanjutnya, pilih image yang diinginkan dengan mengklik nama image tersebut, seperti terlihat pada Gambar 3.7.
Pilih image pada kotak dialog Place

Gambar 3.7. Pilih image pada kotak dialog Place

Saat Anda akan mengimpor sebuah image dengan menu Place ini, perhatikan pilihan “Link” yang ada di bagian kiri bawah kotak dialog tersebut.

]Jika Anda mengaktifkan pilihan ini, maka image dimasukkan ke dalam dokumen sebagai file terpisah (linked file). Keuntungan pilihan ini adalah dokumen Illustrator relatif lebih ringan, dan segala perubahan pada dokumen image asal akans ecara otomatis diaplikasikan pada image dalam dokumen Illustrator. Kerugiannya, jika dokumen image tersebut terhapus, atau dipindahkan tempat penyimpannya, maka image tak akan tampil di dokumen Illustrator. Hal ini sangat terasa saat Anda membuka dokumen Illustrator tersebut di komputer lain.

Sementara, jika Anda menonaktifkan pilihan “Link” ini, image yang diimpor akan dimasukkan ke dalam dokumen Illustrator sebagai bagian integral. Jadi, tak masalah di mana Anda membuka dokumen tersebut, karena image di dalamnya akan senantiasa ada. Namun, konsekuensinya, ukuran penyimpanan file dokumen Illustrator tersebut menjadi relatif lebih besar.

  • Jika Anda sudah memilih image yang diinginkan, klik tombol Place dan image tersebut akan dimasukkan ke dalam dokumen Illustrator yang sedang aktif. Simak Gambar 3.8. di bawah ini untuk lebih jelasnya.
Hasil impor dokumen image

Gambar 3.8. Hasil impor dokumen image

Sementara itu, mengekspor dokumen berfungsi untuk menyimpan dokumen Illustrator dalam format (tipe) file lain, umumnya format dokumen berbasis bitmap, seperti JPEG, GIF, PNG, TIF dan sebagainya. Untuk melakukannya, ikuti langkah-langkah berikut.

  • Dengan dokumen Illustrator aktif di jendela program Adobe Illustrator CS, pilih menu File > Export. Lihat Gambar 3.9.
Pilih menu File > Export

ambar 3.9. Pilih menu File > Export

  • Sebuah kotak dialog Export, navigasikan ke folder lokasi penyimpanan yang diinginkan, lalu tentukan nama file hasil ekspor dan tipe file yang diinginkan. Simak Gambar 3.10. berikut.
Kotak dialog Export

Gambar 3.10. Kotak dialog Export

  • Klik tombol Save dan dokumen Illustrator tersebut telah diekspor ke dalam format yang diinginkan.

Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.

Tracing Foto Dengan Adobe Illustrator

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Buku Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS

Diambil dari buku ku berjudul Desain Vector dan Tracing Dengan Illustrator CS terbitan Elexmedia Komputindo.

Well, Anda sudah sampai ke bab 15, sebuah bab yang sangat istimewa. Karena pada bab ini penulis akan mengajak Anda untuk membuat portrait tracing.

Yeah, sesuai dengan tebakan Anda, model ini mengacu pembuatan tracing wajah (portrait) yang tentunya sangat menarik. Siapa yang tak mau membuat tracing wajah, apalagi wajah orang-orang penting dalam hidup Anda atau bahkan wajah Anda sendiri (self-portrait)

Oke…kita mulai saja yuk.

  • Mulailah dengan membuat dokumen kerja baru. Pilih menu File > New, kemudian isi kotak dialog New Document seperti pada Gambar 15.1. berikut.
Gambar 15.1. Kotak dialog New Document

Gambar 15.1. Kotak dialog New Document

Klik Ok dan Anda akan mendapatkan sebuah dokumen kerja baru siap pakai seperti pada Gambar 15.2. di bawah ini.

Gambar 15.2. Dokumen kerja baru siap pakai

Gambar 15.2. Dokumen kerja baru siap pakai

  • Impor image yang akan ditrace. Kebetulan penulis menemukan sebuah image cewek dengen ekspresi yang bagus untuk ditrace. Penulis sarankan, jika Anda akan melakukan tracing wajah seseorang, pilihlah image yang ukuran dimensional dan resolusinya relatif besar.

Hal ini dikarenakan keindahan sebuah portrait tracing terletak pada detail yang bisa Anda tampilkan. Sementara, untuk bisa melakukan tracing secara detail, image yang digunakan musti detail pula. Dengan kata lain, semakin besar image, semakin besar kemungkinan Anda dapatkan hasil tracing yang baik.

Untuk mengimpor image, seperti biasa pilih menu File > Place, kemudian pada kotak dialog Place, navigasikan ke directory tempat penyimpanan image. Pilih image yang dimaksud, lalu klik Place dan image akan masuk ke dalam dokumen kerja Anda.

Lihat Gambar 15.3. di bawah ini.

Gambar 15.3. Impor image ke dalam dokumen

Gambar 15.3. Impor image ke dalam dokumen

Kunci layer image sehingga untuk menghindari pengeditan tak sengaja. Caranya dengan mengklik ikon Toogles Lock   yang terletak di samping kiri Layer 1 tempat image berada.

Kemudian, buat layer bar di atas Layer 1 dengan jalan klik ikon Create New Layer   pada bagian bawah Palette Layers.  Simak Gambar 15.4.

Gambar 15.4. Kunci layer image dan buat layer baru

Gambar 15.4. Kunci layer image dan buat layer baru

  • Perbesar tampilan image dengan mengklik tombol Ctrl + [+] pada keyboard untuk memudahkan Anda melakukan tracing. Aktifkan Pen tool  , ubah warna stroke menjadi putih dan nonaktifkan warna fill pada Toolbox.

Penulis biasa memulai tracing wajah dari bagian mata. Seperti yang penulis jelaskan saat melakukan tracing mobil, mulai dengan membuat obyek yang posisinya paling atas. Di mata manusia, biasanya terdapat kilauan cahaya. Nah, trace bagian ini terlebih dulu.

Perhatikan Gambar 15.5. berikut ini.

Gambar 15.5. Mulai trace bagian paling atas mata

Gambar 15.5. Mulai trace bagian paling atas mata

Ubah warna isinya menjadi putih, kemudian melalui Palette Transparency, ubah nilai transparansi obyek tersebut menjadi 20% atau kurang. Simak Gambar 15.6.

Gambar 15.6. Ubah warna isi dan transparansi obyek

Gambar 15.6. Ubah warna isi dan transparansi obyek

  • Setelah bagian kilauan cahaya mata, selanjutnya buat obyek bola mata. Aktifkan Pen tool  , gunakan warna stroke putih dan fill nonaktif, kemudian mulai trace kontur bola mata. Jika sudah, ubah warna isinya menjadi hitam dengan mengklik area image yang ada di bawahnya dengan menggunakan Eyedropper tool.

Jangan lupa untuk memposiikan obyek bola mata di urutan paling bawah dengan memilih menu Object > Arrange > Send to Back.

Lihat Gambar 15.7

Gambar 15.7. Buat obyek bola mata

Gambar 15.7. Buat obyek bola mata

Jika Anda perhatikan, bola mata manusia tidak hanya satu warna—hitam saja misalnya—melainkan ada area berwarna lain yang biasa disebut iris. Nah, pada pada image yang penulis trace juga terdapat iris dengan warna coklat di bagian mata.

Penulis akan men-trace area iris tersebut, mengubah warna isinya menjadi coklat lalu memposisikannya di urutan paling bawah. Perhatikan Gambar 15.8. di bawah ini.

Gambar 15.8. Trace area iris dan ubah warna isinya

Gambar 15.8. Trace area iris dan ubah warna isinya

  • Ok, setelah berhasil melakukan tracing obyek penyusun bola mata, berikutnya trace obyek bulu mata dan garis mata yang posisinya di atas bola mata.

Kembali gunakan Pen tool  , ubah warna stroke menjadi putih dan nonaktifkn warna fill. Lakukan tracing, lalu ubah warna isinya menjadi hitam dengan mengklik area image di bawahnya menggunakan Eyedropper tool  , sehingga didapat hasil seperti pada Gambar 15.9.

Gambar 15.9. Trace area bulu mata dan ubah warnanya

Gambar 15.9. Trace area bulu mata dan ubah warnanya

Lanjutkan dengan melakukan tracing area coklat disekitaran mata, sekaligus sebagai pembatas mata. Jangan lupa posisikan di urutan paling bawah. Perhatikan Gambar 15.10.

Gambar 15.10. Trace area pinggiran mata

Gambar 15.10. Trace area pinggiran mata

Berikutnya, trace area dalam mata yang berwarna putih. Posisikan di urutan paling bawah sehingga didapat hasil seperti pada Gambar 15.11. di bawah ini.

Gambar 15.11. Trace area putih mata

Gambar 15.11. Trace area putih mata

Kemudian, trace area bayangan di bawah mata dan sekeliling mata, kemudian ubah warnanya menjadi coklat mudah dengan Eyedropper tool  . Jangan lupa posisikan di urutan paling bawah dengan memilih menu Object > Arrange > Send to Back. Simak Gambar 15.12. berikut ini.

Gambar 15.12. Trace area bayangan di bawah mata

Gambar 15.12. Trace area bayangan di bawah mata

Selanjutnya, seleksi semua obyek penyusun mata, gabungkan menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group, atau cukup dengan menekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

Untuk melihat seperti apa tampilan ilustrasi yang sudah Anda buat, nonaktifkan tampilan layer image dengan mengklik ikon visibility   di samping kiri Layer 1.

Perhatikan dengan seksama tampilannya seperti pada Gambar 15.13. di bawah ini.

Gambar 15.13. Hasil ilustrasi mata

Gambar 15.13. Hasil ilustrasi mata

Lumayan bukan? Memang capek dan butuh waktu, tapi kalau Anda memang ingin memperoleh hasil terbaik, Anda musti sabar, Ok?

  • Setelah mata pertama berhasil Anda trace, lanjutkan pada mata kedua. Ikuti langkah-langkah serupa dengan saat Anda membuat tracing mata pertama. Mulai dari obyek yang posisinya paling atas, diikuti obyek bawahnya dan begitu seterusnya.

Berikut penulis tunjukkan hasil tracing mata kedua pada Gambar 15.14. berikut supaya Anda bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas.

Gambar 15.14. Trace obyek mata kedua

Gambar 15.14. Trace obyek mata kedua

Jika sudah berhasil gabungkan masing-masing obyek mata menjadi satu grup, sehingga memudahkan Anda dalam melanjutkan proses tracing.

  • Setelah mata selesai Anda tracing, lanjutkan dengan melakukan tracing pada alis. Kita mulai dengan alis sebelah kanan. Gunakan Pen tool   dengan stroke warna putih dan fill nonaktif, lalu mulai trace kontur alis tersebut.

Lihat bahwa di alis sebelah kanan terdapat 2 area warna utama, yaitu coklat muda dan coklat tua. Anda bisa gunakan warna yang telah diaplikasikan pada obyek mata.

Mulai dengan tracing area yang posisi paling atas, baru area yang posisinya di bawahnya. Hasilnya terlihat seperti pada Gambar 15.15.

Gambar 15.15. hasil tracing alis mata kanan

Gambar 15.15. hasil tracing alis mata kanan

Lanjutkan dengan tracing area alis sebelah kiri. Perhatikan bahwa alis kiri mempunyai warna lebih gelap. Gunakan Eyedropper tool   untuk memilih warna yang sesuai dari image. Simak Gambar 15.16. di bawah ini.

Gambar 15.16. Trace alis sebelah kiri

Gambar 15.16. Trace alis sebelah kiri

Jika sudah, seleksi masing-masing obyek alis dan gabungkan menjadi satu grup.’

  • Berikutnya, lanjutkan dengan men-trace area hidung, terutama bagian lubang hidung. Gunakan Pen tool  , trace kontur dan gunakan Eyedropper tool   untuk mengaplikasikan warna yang sesuai. Simak hasilnya pada Gambar 15.17.
Gambar 15.17. Trace area hidung

Gambar 15.17. Trace area hidung

Seleksi semua obyek penyusun hidung dan gabungkan menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group, atau tekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

  • Lanjutkan dengan mentrace area bibir dan mulut. Hati-hati saat melakukan tracing daerah ini, karena bibir dan mulut sangat jelas terlihat saat sebuah image jadi.

Perhatikan hasil tracing yang penulis lakukan terhadap area bibir dan mulut image, sebagaimana terlihat pada Gambar 15.18. di bawah ini.

Gambar 15.18. Hasil tracing obyek bibir dan mulut

Gambar 15.18. Hasil tracing obyek bibir dan mulut

Jika sekarang Anda perhatikan, obyek-obyek tracing yang dihasilkan sudah mulai membentuk sesosok wajah, seperti terlihat pada Gambar 15.19. di bawah ini.

Gambar 15.19. Ilustrasi sementara hasil tracing

Gambar 15.19. Ilustrasi sementara hasil tracing

  • Kembali lanjutkan tracing area telinga. Gunakan Pen tool   dan ikuti kontur area dalam telinga untuk menampilkan bentuknya. Lalu, manfaatkan Eyedropper tool   untuk mengaplikasikan warna yang sesuai berdasarkan area image yang ada di bawahnya.

Karena obyek yang ditrace adalah image seorang perempuan, penulis tak lupa pula melakukan tracing pada anting-anting yang dipakainya.

Simak Gambar 15.20. untuk melihat hasilnya.

Gambar15.20. Hasil tracing telinga

Gambar15.20. Hasil tracing telinga

Jangan lupa jika sudah berhasil men-trace area telinga, seleksi semua obyek penyusunnya, lalu gabungkan menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group, atau cukup tekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

  • Nah, sekarang kita sampai pada bagian yang sangat kritis dan membutuhkan perhatian seksama, yaitu bagian rambut. Perhatikan bahwa seperti juga area mata, rambut manusia terdiri dari beberapa bagian yang musti Anda trace dengan jeli, dimulai dari bagian kilauan rambut, bagian hitam rambut dan helai-helai luar.

Awali dengan melakukan trace pada area kulaian rambut. Ingat Anda musti ekstra hati-hati. Gunakan Pen tool   dengan warna stroke putih dan fill nonaktif, dan lakukan untuk setiap area kilauan rambut. Jika kilauan rambut jumlahnya banyak, ya Anda musti melakukannya terus dan terus hingga semuanya berhasil di-trace.

Jika sudah, ubah warna isinya menjadi putih dan atur transparansinya menjadi 20% atau kurang.

Penulis tunjukkan bagaimana hasil dari tracing obyek kilauan rambut seperti pada Gambar 15.21. di bawah ini.

Gambar 15.21. Hasil tracing area kilauan rambu

Gambar 15.21. Hasil tracing area kilauan rambu

Jangan lupa untuk menggabungkan semua obyek kilauan rambut menjadi satu grup dengan memilih menu Object > Group atau tekan tombol Ctrl + G pada keyboard.

  • Berikutnya, lakukan tracing untuk area hitam rambut. Nah, untuk bagian ini, Anda juga musti ekstra hati-hati, karena selain rambut itu mempunyai karakteristik unik, yaitu detail helaiannya yang fleksibel, juga jumlah helai yang musti Anda trace relatif banyak.

Jangan lupa untuk memposisikan hasil tracing area hitam rambut di bawah tracing kilauan rambut. Lihat hasil tracing penulis pada Gambar 15.22. di bawah ini.

Gambar 15.22. Trace area rambut

Gambar 15.22. Trace area rambut

Sekarang coba nonaktifkan tampilan layer image sehingga kita bisa melihat sejauh apa perkembangan tracing yang sudah dilakukan. Simak Gambar 15.23.

Gambar 15.23. Hasil sementara tracing image

Gambar 15.23. Hasil sementara tracing image

Lumayan ok juga, sejauh ini sudah lebih nampak karakteristik orang yang kita trace dari image. Lanjutkan terus yuk.

  • Berikutnya, kita akan melakukan tracing area bayangan yang membentuk kerutan pada wajah dan area lain, sebelum kita nantinya mengaplikasikan tracing pada bagian kulit.

Perhatikan Gambar 15.24. berikut ini.

Gambar 15.24. hasil tracing bayangan kerut wajah

Gambar 15.24. hasil tracing bayangan kerut wajah

Setelah itu, trace area baju sehingga memudahkan Anda nantinya dalam membuat obyek kulit. Ikuti kontur baju yang ada, ubah warna isinya menjadi hitam dan posisikan pada urutan paling bawah.

Perhatikan Gambar 15.25. di bawah ini untuk lebh jelasnya.

Gambar 15.25. Buat tracing obyek baju

Gambar 15.25. Buat tracing obyek baju

  • Sekarang, buat obyek kulit yang warnanya lebih gelap. Ikuti kontur kulit tersebut, seperti nampak pada Gambar 15.26.
Gambar 15.26. Trace area gelap kulit

Gambar 15.26. Trace area gelap kulit

Lanjutkan dengan trace area kulit sisanya. Sebenarnya, Anda bebas untuk membuat berapa lapis kulit, semakin banyak berarti semakin smooth (halus) jadinya tekstur kulit yang didapatkan. Jika Anda lihat, pada contoh ini penulis menggunakan 2 lapis kulit plus 3 lapis bayangan di atasnya.

Perhatikan hasilnya pada Gambar 15.27. berikut ini.

Gambar 15.27. Trace area kulit

Gambar 15.27. Trace area kulit

Jika sudah, Anda akan mendapatkan hasil akhir tracing seperti pada Gambar 15.28. di bawah ini.

Gambar 15.28. Hasil akhir portrait tracing

Gambar 15.28. Hasil akhir portrait tracing

Bagiamana hasil tracing tadi? Ok bukan? Anda bisa mengaplikasikan teknik ini untuk membuat karya seni dari image orang-orang yang berarti dalam hidup Anda.

Untuk melihat lebih banyak lagi contoh tracing vector yang sudah saya buat, silahkan cek di Astayoga.DeviantArt.com

Selamat mencoba, dan semoga bermanfaat. 🙂

Mengenal Adobe Illustrator

Desain Vector dan Tracing dengan Illustrator by Hasto Suprayogo
Desain Vector dan Tracing dengan Illustrator by Hasto Suprayogo

Diambil dari buku Desain Vector & Tracing Dengan Illustrator terbitan Elexmedia Komputindo. Berminat? Beli di sini.

Mengenal Adobe Illustrator

Setelah Anda mengenal apa yang dimaksud dengan desain vector, dan sekelumit mengenai dasar-dasar desain grafis, maka hal selanjutnya yang musti Anda kuasai adalah kemampuan teknisnya. Yang dimaksud dengan kemampuan teknis di sini adalah kemampuan untuk menggunakan program desain grafis yang sesuai sehingga Anda bisa memvisualisasikan ide dan kreatifitas dalam sebuah karya.

Karena kita berbicara mengenai desain vector, maka program/software yang musti Anda kuasai adalah software desain vector, atau lazim disebut software ilustrasi. Penulis sengaja memilihkan satu software ilustrasi yang sesuai dengan kebutuhan Anda, yaitu Adobe Illustrator, di antara beragam software sejenis di pasaran.

Mengapa Adobe Illustrator?

Jika Anda bertanya mengapa penulis memilih Adobe Illustrator sebagai software ilustrasi yang musti dikuasai, hal itu tak lepas dari fakta-fakta mengenai program keluaran raksasa software Adobe.inc ini sendiri. Beberapa alasan tersebut adalah:

  • Adobe Illustrator sudah sejak lama dikenal luas sebagai software ilustrasi no 1 di dunia pilihan pada desainer dan praktisi desain profesional.
  • Adobe Illustrator mempunyai kemampuan, fitur dan fasilitas yang bisa diandalkan untuk mewujudkan pekerjaan kreatif Anda.
  • Adobe Illustrator sangat kompatibel dengan beragam software lainnya untuk berbagai kepentingan akhir, seperti kepentingan cetak, desktop publishing, web publishing dan lain-lain.
  • Adobe Illustrator bersifat user friendly, yaitu sangat memudahkan user dalam menggunakan dan mengakses beragam fitur yang ada, terutama dengan sistem pengelompokan fasilitas melalui fasilitas menu, toolbox, palette dan sebagainya.
  • Adobe Illustrator mampu menangani beragam desain dari yang sifatnya sederhana hingga amat kompleks, serta mampu mengekspor hasil akhir sebuah desain ke dalam berbagai format sesuai kebutuhan Anda dengan kualitas yang bisa diandalkan.

Khusus untuk pengerjaan buku ini, penulis menggunakan Adobe Illustrator CS (Creative Suite), atau sering disebut Adobe Illustrator 11. Memang saat ini telah tersedia rilis terbaru Illustrator, yaitu Adobe Illustrator CS2, namun karena pertimbangan kebutuhan sumber daya komputer yang terlalu besar, terutama untuk pengguna pemula, maka penulis pilihkan rilis sebelumnya.

Namun jangan khawatir, Anda bisa saja menggunakan rilis terbaru ini sekiranya memang dimungkinkan, karena tak begitu banyak perubahan dalam kedua rilis ini. Atau bahkan juga, jika Anda masih menggunakan Illustrator versi sebelumnya, Adobe Illustrator 10 ke bawah pun tak begitu jadi soal. Meski memang ada beberapa fasilitas yang hanya ada di versi CS dan CS2.

But basically, it’s almost the same, ok? So don’t you worry.

Interface Adobe Illustrator CS

Untuk bisa menggunakan program ini, yang pertama musti Anda cermati adalah interface (tampilan antarmuka) program tersebut. Interface Adobe Illustrator CS serupa dengan interface program-program Adoeb lainnya, dengan pengelompokan fasilitas yang terstruktur dan jelas. Serta fokus utama pada area kerja yang luas di bagian tengahnya.

Tipe interface semacam ini diharapkan bisa memberikan kemudahan bagi para penggunanya untuk fokus pada pekerjaan yang tengah dilakukan. Bahkan bagi mereka yang masih pemula, interface Adobe Illustrator CS ini akan sangat membantu.

Perhatikan interface program Adobe Illustrator seperti terlihat pada Gambar 2.1. di bawah ini dengan seksama.

Gambar 2.1. Interface Adobe Illustrator CS
Gambar 2.1. Interface Adobe Illustrator CS

Secara garis besar, tampilan antarmuka (interface) Illustrator CS terbagi ke dalam 4 (empat) bagian besar, yaitu:

Menu

Menu merangkum segala fasilitas yang dimiliki Illustrator CS berupa kumpulan perintah-perintah dalam drop-down menu yang letaknya di bagian paling atas jendela program. Menu-menu perintah tersebut disusun berdasarkan kesamaan fungsi, seperti menu File berisi kumpulan perintah yang berhubungan dengan pengaturan dokumen, seperti pembuatan dokumen kerja, penyimpanan, ekspor-impor file dan sebagainya.

Gunakan fasilitas menu ini untuk mengakses beragam fasilitas utama Illustrator CS seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Fasilitas Menu Illustrator CS
Gambar 2.2. Fasilitas Menu Illustrator CS

Jika Anda perhatikan, pada beberapa menu perintah terdapat submenu. Hal ini berarti dalam menu tersebut terdapat menu-menu tambahan yang bisa Anda akses. Biasanya menu seperti ini ditandai dengan adanya segitiga hitam pada ujung kanannya.

Selain itu, ada jenis menu yang lain, yaitu menu yang diakhiri dengan 3 (tiga) tanda titik, seperti pada menu Open di atas. Tanda titik seperti ini menunjukkan kalau pada menu tersebut terdapat pilihan nilai parameter tambahan yang mesti Anda tentukan supaya Illustrator CS bisa melakukan suatu perintah dengan benar.

Semisal, jika Anda memilih menu File > Open, maka sebuah kotak dialog Open akan muncul, di mana melalui kotak dialog ini Anda diminta untuk memilih dokumen file mana yang akan dibuka. Lihat Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Kotak dialog Open untuk memilih file yang akan dibuka
Gambar 2.3. Kotak dialog Open untuk memilih file yang akan dibuka

Toolbox

Toolbox secara default mengambang (floating) di sisi kiri jendela program Illustrator CS berupa kumpulan tool-tool (alat) yang Anda gunakan untuk membuat atau mengedit obyek ilustrasi. Illustrator CS melengkapi Anda dengan beragam tool dengan fungsi yang beragam pula.

Anda bisa memindah-mindahkan toolbox ini di bagian mana pun pada jendela program Illustrator CS. Hal ini memungkinkan Anda untuk memperoleh ruang kerja yang lebih luas saat bekerja. Hal yang mencolok dari toolbox ini adalah logo baru Illustrator CS berupa ilustrasi bunga berwarna merah muda di bagian atas toolbox.
Yang menarik adalah, jika Anda menekan tombol keyboard “V E N U S”, maka gambar bunga yang menjadi logo baru Illustrator CS akan berubah menjadi gambar venus (perempuan) yang merupakan logo Illustrator versi sebelumnya.

Perhatikan Gambar 2.4. di bawah ini.

Gambar 2.4. Toolbox Illustrator CS
Gambar 2.4. Toolbox Illustrator CS

Dikarenakan beragamnya tool yang ada, sementara untuk efisiensi tak mungkin menampilkan semua tool sekaligus, maka Illustrator CS menyembunyikan sebagian tool yang mempunyai kemiripan fungsi di bawah tool yang lain. Jika Anda perhatikan pada beberapa tool terdapat tanda segitiga hitam di bagian pojok kanan bawahnya. Hal ini menunjukkan kalau di bawah tool tersebut terdapat tool-tool lain yang tersembunyi (hidden tool).

Untuk memunculkan tool tersebunyi, Anda tinggal menahan tekanan mouse pada tool bersangkutan selama beberapa saat, maka tool-tool tersembunyi di bawahnya akan muncul, seperti terlihat pada Gambar di atas.

Pada beberapa tool, juga terdapat fasilitas pengaturan yang bisa Anda gunakan untuk membuat obyek atau melakukan pengeditan sesuai keinginan. Untuk melakukan pengaturan pada suatu tool, Anda tinggal mengklik ganda (double click) tool tersebut maka kotak dialog akan muncul. Semisal, klik ganda Pencil tool , dan Anda akan mendapati sebuah kotak dialog Pencil Tool Preferences tampil seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Kotak dialog Pencil Tool Preferences
Gambar 2.5. Kotak dialog Pencil Tool Preferences

Tool-tool yang ada dalam Toolbox secara umum bisa kita kategorikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu:

  1. Tool Seleksi

Sebagaimana terlihat dari namanya, tool yang masuk dalam kategori ini mempunyai beragam fungsi yang berhubungan dengan seleksi obyek. Tool-tool tersebut adalah:

  1. ;